Ribuan Umat Hadiri Puncak Perayaan Kathina Sanghadana Palembang di Metta Manggala

Ketua Pusdiklat Metta Manggala pose bareng dengan tamu undangan--
PALEMBANG, KORANRADAR.ID – Puncak perayaan Hari Kathina (Kathina Sanghadana) di Pusdiklat Metta Manggala Sriwijaya, Sabtu (18/10) malam berlangsung khusyuk dan khidmat, dihadiri oleh ratusan umat Buddha dari berbagai kota di Sumatera Selatan (Sumsel). Perayaan Kathina ini menjadi wujud bakti dan penghormatan umat kepada Bhikkhu Sangha setelah menyelesaikan masa Vassa (retret musim hujan) selama tiga bulan.
Acara yang dimulai pukul 17.30 WIB ini diawali dengan puja bakti yang dipimpin oleh PMd Lim Sak Hoat dan PMd Tirta Liwijaya. Suasana semakin meriah dengan iringan Karawitan dari Sanggar Seni Sasono Sekho Budoyo.
Inti dari perayaan adalah pelaksanaan Dhammadesana (ceramah Dharma) yang dipimpin oleh YM Bhikkhu Athimedo Mahathera, didampingi oleh YM Bhikkhu Khemaviro Thera, YM Bhikkhu Vipulasilo Thera, YM Bhikkhu Jayaseno, dan YM Bhikkhu Nimmalo.
Selama prosesi berlangsung, ratusan umat tampak khusyuk membaca sutera, varita, dan melantunkan doa sebagai wujud syukur atas bimbingan para Sangha. Puncak bakti kemudian dilanjutkan dengan ritual Persembahan Dana Kathina (Sanghadana) dan pelimpahan jasa untuk para leluhur dan kerabat yang telah meninggal dunia.
Makna Kathina dan Masa Vassa
Ketua Yayasan Metta Manggala Sriwijaya, Djono Dharmaputra, menjelaskan bahwa Hari Kathina adalah salah satu dari empat hari besar umat Buddha selain Waisak, Maggha Puja, dan Hari Asadha. Ia menegaskan bahwa perayaan Kathina dilaksanakan tepat setelah para Bhikkhu menyelesaikan masa Vassa, yaitu periode perenungan dan peningkatan spiritual selama tiga bulan.
"Selama masa Vassa, para Bhikkhu atau Bhante menetap di tempat khusus untuk melatih diri, membaca kitab suci, termasuk sutera dan varita," ujar Djono Darmaputa kepada awak media.
Setelah masa Vassa berakhir, umat Buddha secara tradisi memberikan Persembahan Dana Kathina yang dikenal juga sebagai Sanghadana. Persembahan ini meliputi empat kebutuhan pokok Bhikkhu, yaitu jubah, tempat tinggal, obat-obatan, dan kebutuhan harian lainnya untuk kebutuhan satu tahun ke depan.
Djono Darmaputa menambahkan, tradisi ini berawal dari perintah Sang Buddha agar muridnya terus meningkatkan spiritualitas melalui Vassa. Setelah tiga bulan, umat memberikan persembahan sebagai simbol bakti dan penghormatan kepada Bhikkhu yang telah mengamalkan dan mengajarkan Dharma (ajaran Buddha).
"Dengan dana atau persembahan yang diberikan ini, kebutuhan Bhikkhu selama setahun ke depan akan tercukupi dan mereka tidak perlu khawatir," jelas Djono. Ia menekankan bahwa Sanghadana ini diperuntukkan bagi semua Bhikkhu dan menjadi bentuk pengabdian serta penghormatan umat atas semua ajaran yang telah diberikan.
"Diharapkan dengan persembahan ini, Bhikkhu tidak khawatir lagi dengan kebutuhannya. Yang juga penting, ini bisa menambah karma baik semua umat ke depannya," pungkasnya. Sementara itu, selain dihadiri ribuan umat hadir juga pembimas Sumsel Aris Cahyanto dan penyelenggara agama Buddha kota Palembang Wijang Istoto, S. Pd. B