Pemrakarsa Alquran Al Akbar, Syofwatillah Mohzaib: Memuliakan Alquran Dimuliakan Allah
Syofwatillah pria asli Jawa Barat yang memilih berhijrah ke Palembang dan mendirikan pesantren IGM Ihsaniyah, serta memprakarsai pembanguunan Alquran Al Akbar--
Zaini memang kerap mondar-mandir Serang-Palembang demi kelangsungan usaha dagangnya. Barangkali, perpaduan antara darah Palembang dan Banten inilah yang mengalir dalam diri Syofwatillah. Dua daerah yang pada masa lalu menjadi pusat kejayaan dan syiar Islam di Nusantara.
Dikisahkan, semasa mengandung Opat, ibunya selalu rajin membaca Alquran. Ia juga selalu rutin membaca kitab Dala’ilul Khairat, yaitu kitab klasik warisan ulama besar di dunia Islam, yang biasa dilagamkan di pengajian-pengajian tradisional.
BACA JUGA:Korem 044/Gapo Bersama UIGM Palembang Gelar Outbond LDO
Bagi sebagian santri, tentu kitab Dala’il ini tak asing lagi. Kitab ini bercerita seputar sirah perjalanan Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.
Nah, dalam salah satu bait kitab Dala’il itulah tertera nama “Shofwatullah” yang kemudian menginspirasi Zaini-Sufroh untuk memberi nama anak bungsunya itu “Syofwatillah” yang berarti “Pilihan Allah”.
Kalau dilihat dari sisi kaidah bahasa Arab, pelafalan antara “Shofwatillah” dan “Shofwatullah”, tidak berpengaruh atau mengubah maknanya.
Uniknya, belum genap berusia lima tahun, Opat telah terdaftar menjadi siswa SD. Tetapi sayang, masa belajar Opat di SD tersebut tak bisa bertahan lama.
Ia hanya sampai duduk di kelas satu. Pasalnya, kedua orangtua Opat menilai bahwa di Kota Palembang, di mana Opat tinggal dan bergaul, masih jauh dari jangkauan pendidikan agama dan lingkungannya kurang kondusif. Atas dasar itulah, orangtua Opat kembali membawanya ke Kampung Pengoreng, Serang.
Kepindahan Opat ke Serang tepat setelah kenaikan kelas. Sembari sekolah umum di pagi hari. Opat harus mengikuti pendidikan agama sebagai santri kalong dekat rumah.
Sejak duduk di bangku SD, Opat banyak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Ia juga sering datang ke rumah gurunya untuk belajar tambahan baik pelajaran sekolah maupun kesenian. Opat seolah tak mau berdiam diri. Energik dan partisipatif.
Memasuki usia muda, Opat menyalurkan bakat dan hobinya yang berkembang di Ar-Risalah. Ketika digelar lomba pidato se-Pondok Ar-Risalah, Opat berhasil menyabet juara pertama, lomba pidato dalam kategori bahasa Indonesia.
Lama berselang, Syofwatillah alias Opat akhirnya memasuki bangku kuliah di Fakultas Dakwah, jurusan BPI (Bimbingan Penyuluhan Islam) IAIN Raden Fatah Palembang.
Sengaja mengambil fakultas tersebut, karena ingin fokus pada dakwah Islamiyah, yang sudah ditekuninya selama ini. Semasa kuliah, Opat tidak seperti mahasiswa pada umumnya—yang banyak mengisi waktunya di kampus dengan berbagai kegiatan.
Ia datang ke kampus hanya untuk kuliah. Jika dosennya berhalangan hadir, ia langsung meninggalkan kampus.