Kisah Inspiratif 3 Atlet Muda Palembang di FORNAS 2025: Melanjutkan Warisan Wing Chun dari Tiongkok

Senin 28 Jul 2025 - 09:18 WIB
Reporter : Asif Ardiansyah
Editor : Asif Ardiansyah

KORANRADAR.ID  – Dari ruang latihan sederhana di Palembang, gaung semangat membahana. Bukan dari gelanggang megah, melainkan dari dedikasi tiga pendekar muda yang sedang mengasah kemampuan, memupuk keberanian, dan mempersiapkan diri menghadapi tantangan besar: Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS) VIII Tahun 2025 di Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada Jumat, 25 Juli 2025.

Mereka adalah Ni Made Daevika Ishana Anindya (SMP Xaverius 1), Stevano Gathan (SMA Kusuma Bangsa), dan Ni Putu Ayu Pracalita (SMA Xaverius 1). Ketiga remaja ini bukan hanya mewakili Palembang, tetapi juga membawa harapan besar bagi kelestarian seni bela diri tradisional yang kaya nilai: Wing Chun.

 

Mengenal Wing Chun: Seni Bela Diri Berakar Kuat dari Tiongkok

 

Wing Chun adalah seni bela diri Tiongkok yang terkenal fokus pada pertarungan jarak dekat, pukulan cepat, dan pertahanan yang efisien. Gaya ini menekankan keseimbangan, struktur tubuh yang kuat, dan gerakan ekonomis, memungkinkan praktisinya memanfaatkan kekuatan lawan untuk keuntungannya sendiri. Salah satu ciri khasnya adalah teknik pukulan berantai (chain punching) dan penggunaan chi sao (sticky hands) untuk mengembangkan sensitivitas taktil.

BACA JUGA:6 Gaya Kungfu yang Paling Terkenal di Tiongkok

Asal-usul Wing Chun sering dikaitkan dengan legenda Ng Mui, seorang biarawati Buddha dari Kuil Shaolin. Konon, ia menciptakan gaya ini setelah menyaksikan pertarungan antara bangau dan ular, kemudian mengajarkannya kepada seorang wanita bernama Yim Wing Chun untuk membantunya membela diri dari penindasan. Dari sinilah nama "Wing Chun" diambil, yang berarti "musim semi abadi" atau "puji-pujian musim semi".

Wing Chun berkembang pesat dan menjadi populer di seluruh dunia, salah satunya berkat ketenaran Ip Man, seorang grandmaster Wing Chun yang kemudian menjadi guru dari legenda bela diri Bruce Lee. Di Indonesia, Wing Chun sudah cukup dikenal, dan di Palembang sendiri, seni ini pertama kali diperkenalkan oleh Shifu Suhaimi melalui Perguruan Harimau Besi. Berakar dari filosofi perlawanan yang kuat, Wing Chun kini tidak hanya menjadi seni bela diri, tetapi juga berkembang menjadi salah satu bentuk olahraga rekreasi yang kaya akan nilai budaya dan spiritualitas.

 

Didikan Disiplin dari Perguruan Teratai Putih Palembang

 

Di bawah bimbingan Sifu William Hendri, ketiga atlet muda ini ditempa dengan disiplin tinggi di bawah naungan Perguruan Teratai Putih. Perguruan ini dikenal telah melahirkan banyak petarung berkarakter di Palembang. Sifu William tak hanya menanamkan teknik pertarungan jarak dekat yang menjadi ciri khas Wing Chun, tetapi juga menekankan pentingnya filosofi bela diri: pengendalian diri, kehormatan, dan kebajikan.

"Mereka bukan hanya belajar memukul atau menangkis. Tapi belajar menjadi pribadi yang utuh. FORNAS adalah ujian karakter, bukan sekadar kemampuan," ujar Sifu William dalam salah satu sesi latihan tertutup.

 

Profil 3 Atlet Kebanggaan Palembang di FORNAS 2025

 

Ini dia tiga talenta muda yang siap mengharumkan nama Palembang di kancah nasional: