Lebih dari Sekadar Imlek! Menguak 5 Festival Besar dan Tradisi Bakti Leluhur dalam Budaya Tionghoa

Tjik Harun SE SH MH--

 

Bakti kepada Leluhur: Membedah Tradisi Sembahyang Ceng Beng dan Cioko

 

Dalam setahun, masyarakat Tionghoa memiliki dua persembahyangan khusus yang ditujukan bagi keluarga yang telah meninggal: Sembahyang Ceng Beng di bulan 3 (kalender Imlek) dan Sembahyang Cioko atau Chau Tu di bulan 7 (Cit Gwee). Lantas, apa perbedaannya?

"Sembahyang Ceng Beng adalah persembahyangan yang ditujukan untuk keluarga yang telah meninggal dan masih dikenali," jelas Tjik Harun. Tradisi ini umumnya dilakukan dengan mendatangi makam keluarga. Saat menjelang Ceng Beng, makam-makam dibersihkan dari semak belukar. Dari sinilah nama "Ceng Beng" berasal, yang berarti "Bersih dan Terang", merujuk pada makam leluhur yang telah dibersihkan.

Setelah makam bersih, mereka melakukan tradisi "Tee Coa" dengan "Ko-Coa", yaitu melempar kertas emas atau perak (Gin Cua/Kim Cua) untuk menandai makam keluarga mereka.

Berbeda dengan Ceng Beng, "Sembahyang Cit Gwee atau Cioko lebih bertujuan ditujukan kepada makhluk-makhluk terlantar atau arwah keluarga yang telah dilupakan, biasanya karena garis keturunan mereka sudah habis," tambahnya.

"Ada banyak cerita di balik kemunculan tradisi Ceng Beng, yang pada intinya semua cerita ini mengajarkan kepada kita untuk memiliki bakti kepada kedua orang tua dan para leluhur," pungkas Tjik Harun, menekankan betapa besar jasa-jasa mereka kepada generasi penerus.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan