Penurunan BI-Rate Bakal Berdampak Positif Ke Perbankan dan Riil

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede dalam doorstop pasca dalam penyelenggaraan Public Expose atau Paparan Publik di Jakarta, Jumat (7/3/2025). --
JAKARTA,KORANRADAR.ID - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan penurunan suku bunga acuan atau BI-rate menjadi 5,5 persen bakal berdampak positif terhadap perekonomian secara bertahap, terutama melalui transmisi ke perbankan dan sektor riil.
“Dalam jangka pendek, keputusan ini akan menurunkan biaya dana antar bank (PUAB), yang kemudian menurunkan suku bunga deposito dan pada akhirnya suku bunga kredit,” kata Josua di Jakarta, Rabu.
Berdasarkan praktik umum, lanjut dia, penyesuaian suku bunga deposito dapat terjadi dalam waktu sekitar satu bulan, sementara transmisi ke suku bunga kredit memerlukan waktu 3–6 bulan, tergantung kondisi likuiditas dan risiko kredit perbankan.
Dengan demikian, penurunan suku bunga kredit akan terlihat secara lebih nyata pada paruh kedua 2025.
BACA JUGA:Cair Sekarang! Ini Lho 4 Game Penghasil Uang Langsung ke Rekening Saldo DANA
Lebih lanjut, survei Perbankan BI menunjukkan bahwa standar penyaluran kredit telah menjadi lebih longgar sejak awal 2025 dan diperkirakan akan terus dilonggarkan pada kuartal II-2025. Indikator Lending Standard (ILS) negatif menunjukkan bahwa bank mulai menurunkan suku bunga kredit dan memperlonggar syarat administrasi.
“Sebagai hasilnya, kredit baru diperkirakan tumbuh signifikan pada kuartal II dengan SBT mencapai 81,99 persen, naik dari 55,07 persen di kuartal sebelumnya. Jenis kredit seperti KPR, multiguna, dan kredit modal kerja akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ini,” tambah dia.
Dari sisi makroekonomi, transmisi pelonggaran moneter terhadap PDB memiliki time lag. Dalam konteks ini, kombinasi antara BI-Rate yang lebih rendah, pelonggaran likuiditas (melalui penurunan rasio PLM), dan kebijakan makroprudensial akomodatif (seperti peningkatan rasio pendanaan luar negeri bank dan perluasan sektor prioritas kredit) dinilai berpotensi mendorong peningkatan kredit perbankan.
BACA JUGA:Asyik! Nonton Video Seharian Dibayar Saldo DANA Gratis Rp1,4 Juta
“Bila ini terjadi bersamaan dengan stimulus fiskal dan meningkatnya belanja pemerintah di semester II, maka permintaan domestik diperkirakan akan menguat, sehingga menopang pemulihan PDB yang sebelumnya hanya tumbuh 4,87 persen yoy di kuartal I-2025,” ujar Josua.
Akan tetapi, Josua mengingatkan bahwa dampak positif tersebut tetap bergantung pada beberapa faktor. Pertama, stabilitas nilai tukar harus tetap dijaga agar ekspektasi inflasi tetap rendah. Kedua, transmisi kebijakan harus didukung oleh respons perbankan terhadap penurunan suku bunga. Terakhir, daya beli masyarakat perlu diperkuat agar permintaan kredit meningkat secara efektif.
“Oleh sebab itu, dengan tetap mempertimbangkan berbagai risiko global serta tantangan perekonomian domestik terutama konsumsi rumah tangga, kami tetap memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 ini akan tetap di bawah 5 persen,” tuturnya.
BI melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan Mei 2025 yang diselenggarakan pada Selasa (20/5) dan Rabu (21/5) memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi berada pada level 5,5 persen.
Suku bunga deposit facility turun sebesar 25 bps menjadi berada pada level 4,75 persen. Begitu pula suku bunga lending facility yang diputuskan untuk turun sebesar 25 bps menjadi pada level 6,25 persen. (ant)