Qu Yuan (Hanzi : 屈原; Hokkian : Khut Guan) ialah seorang Menteri besar dan setia dari Negara Chu. Beliau hidup pada tahun 340-278 SM, dan merupakan seorang tokoh yang paling berhasil menyatukan ke-6 Negara itu untuk menghadapi Negara Qin.
Karena itu orang-orang Negara Qin terus menerus berusaha menjatuhkan nama baik Qu Yuan, terutama berhadapan Kaisar Negara Chu, Cho Hwai Ong. Di Negara Chu ternyata banyak pula menteri yang tidak setia.
Dengan bantuan orang-orang itu, Tio Gi, seorang Menteri negeri Qin yang cerdik dan licin berhasil meretakkan hubungan Qu Yuan dengan Kaisar Negara Chu.
Qu Yuan segera dipecat, dan hancurlah aliansi persatuan ke-6 negeri itu! Cho Hwai Ong bahkan terbujuk oleh janji2 yang menyenangkan, agar mau datang berkunjung ke Negara Qin. Di sana ia malah ditawan, dan menyesali perbuatannya dalam penjara sampai dia meninggal.
Kaisar Negara Chu yang baru, Cho Cing Siang Ong, kembali memanggil dan memberikan kepercayaan kepada Qu Yuan. Aliansi 6 Negara dapat dipersatukan kembali sekalipun tidak sekokoh dahulu. Pada tahun 293 SM, Negara Han dan Wei yang diserang Negara Qin dihancurkan dan dibinasakan.
Akibat peristiwa itu, Qu Yuan pun kembali difitnah. Qu Yuan dikatakan akan membawa Negara Chu kembali mengalami nasib yang sama seperti Negara Han dan Wei. Sang Kaisar pun ternyata lebih buruk kebijaksanaannya daripada raja sebelumnya.
Ia tidak hanya memecat Qu Yuan, bahkan menjatuhi hukuman agar Qu Yuan dibuang ke daerah danau Tong Ting, dekat sungai Miluo (sekarang terletak di propinsi Hunan).
Di tempat pembuangan ini, Qu Yuan hampir tidak tahan. Hanya bekat kebijaksanaan kakak perempuannya, beliau dapat ditenangkan agar rela menerima keadaannya itu.
Meski demikian, beliau kadang kala tidak selalu dapat menerimanya. Maklum, walau bagaimana pun beliau adalah seorang bangsawan negeri Chu, sehingga tidak dapat melupakan tanggung jawab kepada Negara dan leluhurnya. karena itu, Qu Yuan sering merasa kesepian dan timbul kejemuan akan suasana kehidupannya.
Dalam keadaan suasana seperti itu, suatu ketika beliau berkenalan seorang nelayan, yang ternyata seseorang yang bijak. Nelayan itu menyembunyikan nama aslinya, hanya menyebut dirinya sebagai seorang nelayan biasa saja.
Dengannya, Qu Yuan akhirnya mendapatkan kawan. Mereka sering bercakap meski pandangan hidupnya kadang tak sejalan.
Pak Nelayan itu berprinsip, agar lebih baik meninggalkan kehidupan bermasyarakat apabila keadaannya buruk; sedangkan Qu Yuan, biar pun tidak mau tercemar oleh keserakahan dan kekotoran dunia, tetapi tetap berharap dapat mengembangkan kembali jalan kebenaran bagi kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat.
Demikianlah Qu Yuan sangat akrab dengan nelayan itu. Ketenangan Qu Yuan kala itu dihancurkan oleh berita mengenai hancurnya ibu kota Negara Chu, tempat asal leluhurnya itu yang diserbu orang negeri Qin.
Hal ini menjadikan Qu Yuan yang telah lanjut usia itu merasa tidak berarti bagi hidup pribadinya. Setelah dirundung kebimbangan dan kesedihan, beliau memutuskan untuk menjadikan dirinya yang telah tua itu menjadi peringatan bagi rakyatnya, akan peristiwa yang sangat menyedihkan yang terjadi tanah airnya itu.
Dengan harapan, agar semoga bisa membangkitkan kembali semangat rakyatnya, menegakkan kebenaran serta mencuci bersih aib yang menimpa dirinya.
Ketika itu kebetulan bertepatan dengan hari Duan Wu. Beliau mendayung perahunya ke tengah sungai Miluo, lalu dinyanyikannya sajak2 ciptaannya yang telah dikenal rakyat sekitarnya yang mencurahkan rasa cinta tanah air dan rakyatnya.