Festival Hari Bakcang, Sejarah, dan Tradisinya

Sabtu 07 Sep 2024 - 23:08 WIB
Reporter : asifardiansyah
Editor : asifardiansyah

Salah satunya adalah 天问; Tianwen¹; Questions to heaven; atau “Pertanyaan ke surga”, yang kemudian dijadikan nama misi penjelajah Tiongkok di planet Mars pada 2020.

Masyarakat sekitar banyak yang tertegun mendengar semuanya itu. Pada saat itu, beliau sampai ke perairan yang agak jauh dari kerumunan orang. Beliau akhirnya melompat ke dalam sungai yang alirannya deras  dan dalam itu, tepat pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek.

Beberapa orang yang melihatnya segera berusaha menolongnya, tetapi hasilnya nihil, jenazahnya pun tidak diketemukan. Seharian kawan Qu Yuan yang seorang nelayan itu, dengan menggunakan perahu2 kecil mengerahkan kawan2 nya mencari, tapi hasilnya sia-sia belaka.

Rakyat yang kemudian merasa sedih kemudian mencari2 jasad tubuh sang Menteri di sungai tersebut dengan menggunakan perahu. Mereka lalu melemparkan nasi dan makanan lain ke dalam sungai dengan maksud agar ikan, udang, kepiting, dan aneka hewan air lainnya dalam sungai tersebut tidak mengganggu jasad tubuh Qu Yuan, sang Menteri.

Kemudian untuk menghindari makanan2 tersebut dimakan oleh sosok Naga yang dipercaya mendiami sungai tersebut, mereka membungkusnya dengan daun-daunan, yang kita kenal sebagai bakcang sekarang.

Legenda Qu Yuan merupakan asal usul dari penganan bakcang dan perlombaan perahu Naga.

Para nelayan yang mencari jasad tubuh Qu Yuan dengan berperahu, sambil menabuh genderang untuk menakuti roh jahat disekitar agar tidak mengganggu inilah, yang akhirnya menjadi cikal bakal dari perlombaan perahu Naga di sungai yang diadakan setiap tahunnya.

Ini juga yang melatar-belakangi sebagian kelenteng di Indonesia masih mengadakan “ritual” membuang, melempar, atau mengarung Bakcang ke laut setiap tahunnya, pada sembahyang tanggal 05 bulan 05 Imlek.

Pada tahun berikutnya, kebiasaan mempersembahkan beras di dalam tempurung bambu itu diganti dengan kue dari beras ketan yang dibungkus daun bambu, yang disini kita kenal dengan nama Bakcang atau Kue Cang.

Diadakan perlombaan perahu yang dihiasi aneka gambar Naga, semuanya mengingatkan usaha mencari jenazah Qu Yuan, seorang pecinta tanah air dan rakyatnya. Demikianlah tiap hari raya Duan Wu selalu diadakan pula peringatan untuk Qu Yuan, seorang yang berjiwa mulia dan luhur dari negeri Chu itu.

Konon hal tersebut terjadi setelah Ia diusir dari istana Chu. Qu Yuan yang melihat lukisan2 para leluhur dan Dewa pada dinding kuil leluhur Chu, kemudian menulis serangkaian pertanyaan kepada Langit pada dinding yang sama sebagai tanggapan, yang kemudian dikenal sebagai Tianwen (天问).

Tianwen sendiri tersusun atas 172 rangkaian bait pertanyaan tanpa jawaban. Pertanyaan2 tersebut umumnya menanyakan seputar mitologi dan kepercayaan Tiongkok kuno. Pertanyaan2 tersebut merupakan faktor yang membuat Tianwen disebut sebagai “harta karun tertulis mengenai mitologi Tiongkok”, atau “dokumen paling berharga dalam mitologi Tiongkok”.

 

B. Tradisi “Menegakkan” Telur Ayam di Lantai

Pada hari perayaan Duan Wu sendiri ada hal yang menarik, dimana kita bisa meletakkan/menegakkan telur ayam mentah dalam posisi berdiri diatas lantai atau meja. Ini bisa dilakukan disepanjang hari Duan Wu. Bagi yang ingin mencobanya lebih baik cari tempat yang rata dulu, dan cari posisi telur yang lonjong besar di bawah untuk memudahkan.

Fenomena ini terjadi, karena saat matahari memancarkan cahaya paling kuat, gaya gravitasi di tanggal ini adalah yang terlemah, sehingga menyebabkan telur ayam mentah bisa berdiri, saat ini matahari berada di “posisi istimewa”, yaitu tepat di atas khatulistiwa.

Kategori :