Festival Hari Bakcang, Sejarah, dan Tradisinya

--

JAKARTA, KORANRADAR.ID -FESTIVAL Bakcang, atau Duan Wu Jie (端午節), atau disebut juga Festival Twan Yang, yang merupakan hari makan “Bak Cang”, atau hari mendayung perahu “Peh Cun”.

Festival ini jatuh setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek. Twan Yang memiliki arti, yakni ‘Twan’ yang artinya lurus, terkemuka, terang, yang menjadi pokok atau sumber; dan ‘Yang’ artinya sifat positif atau matahari.

Pada hari tersebut, masyarakat Tionghoa biasanya menyantap penganan khas yang bernama Zongzi (粽子), atau di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan Rou zong (Hanzi : 肉粽; Hokkian : Bakcang, bacang).

Jadi Twan Yang adalah saat matahari memancarkan Cahaya paling keras. Hari Raya ini dinamai pula Duan Wu. “Wu” artinya saat antara jam 11.00 s/d 13.00 siang, pada saat tengah hari.

Orang-orang percaya bahwa rebusan obat-obatan yang dipetik pada saat itu akan besar khasiatnya. Karena letak matahari tegak lurus, orang percaya telur ayam pun bila ditegakkan saat itu akan dapat berdiri tegak lurus. Hari raya ini disebut pula dengan nama Peh Cun (Hanzi : 扒船; Pinyin : Ba Chuan), yang artinya “Merengkuh Dayung” atau “Beratus Perahu”.

Dinamai demikian, karena pada hari festival ini sering diadakan perlombaan dengan banyak perahu, yakni Festival Perahu Naga.

Mengenai asal mula perlombaan dengan perahu di sungai ini dikaitkan dengan seorang tokoh yang bernama Qu Yuan, pada suatu peristiwa dihari Duan Wu, pada jaman Negara-Negara Berperang 475 – 221 SM (战国时代; warring states period; rentang waktu pilihan Sima Qian), di Negara Chu, yang kisahnya sebagai berikut :

 

A. Sejarah Bakcang : Qu Yuan, Wu Zixu, dan Cao E

Ada banyak legenda mengenai asal-usul Festival Perahu Naga. Namun yang paling populer adalah untuk memperingati tokoh2 seperti Qu Yuan, Wu Zixu, dan Cao E.

1. Qu Yuan 屈原 (340-278 SM) adalah seorang penyair patriotik sekaligus pejabat yang diasingkan selama Periode Negara-Negara Berperang (Warring States Period, 475 – 221 SM) dalam sejarah Tiongkok.

Beliau menenggelamkan diri di Sungai Miluo pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek, ketika Negara Chu (楚) yang dicintainya jatuh ke tangan kekuasaan Negara Qin (秦). Pada waktu itu, rakyat sekitar telah putus asa dalam upaya menyelamatkan Qu Yuan, dan gagal menemukan jasadnya.

Untuk memperingati Qu Yuan, pada setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek, masyarakat menabuh genderang dan mendayung perahu di sungai (seperti yang pernah mereka lakukan dulu), dan melemparkan bakcang (bungkusan nasi dengan daging) untuk menghalau ikan2 dan roh jahat yang ada disana agar tetap menjauhi jasadnya.

Dinasti Chu berdiri hingga akhir jaman Negara-Negara Berperang (704 – 223 SM), sudah tidak dominan lagi sebagai sebuah Negara pusat. Pada jaman itu ada 7 negara besar; dimana ke 7 Negara itu adalah Negara Qi, Chu, Yan, Han, Zhao, Wei dan Qin.

Tag
Share