Menakar Seberapa Realistis Janji Kampanye Capres 2024 Untuk Diwujudkan

Jumat 15 Dec 2023 - 13:49 WIB
Editor : Swan

Dana desa sendiri merupakan alokasi APBN yang ditransfer ke desa-desa di Indonesia melewati Pemkab/Pemkot yang dikelola oleh pemerintah Desa secara mandiri.

Dimana dana ini adalah untuk membiayai pembangunan infrastruktur, pemberdayaan masyarakat, pembangunan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan juga sarana sosial di desa.

BACA JUGA:Prabowo - Gibran Bakal Kampanye ke Sumsel

Tujuannya sendiri adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pedesaan, mengurangi ketimpangan ekonomi desa dan kota serta mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh Desa seperti wabah atau penanggulangan gizi buruk.

Saat ini terdapat sekitar 75.000 desa di Indonesia dengan Alokasi Dana Desa sebesar Rp5 miliar per tahun untuk setiap Desa maka kebutuhan anggaran mencapai Rp 375 triliun per tahun, meskipun secara jumlah cukup besar namun masih bisa tercapai.

2. Calon Presiden Prabowo Subianto 

Janji pertama dari capres Prabowo Subianto adalah program perbaikan gizi nasional dengan cara menyediakan makan siang dan susu gratis untuk murid sekolah, Pesantren, balita dan juga ibu hamil.

Jika janji ini diwujudkan anggaran yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 266 - Rp 400 trilun per tahun, angka ini dihitung berdasarkan perkiraan jumlah 44 juta anak sekolah, 30 juta anak prasekolah dan 3 juta ibu hamil.

Dimana terdapat 77 juta jiwa yang harus diberikan makan bergizi setiap hari. Pada tahun 2023 dana APBN yang dialokasiin untuk kesejahteraan anak adalah sebanyak  Rp 49,4 triliun dan ada Rp 30 triliun untuk pencegahan stunting atau gizi buruk.

BACA JUGA:Mulai Kampanye, KPU Awasi Parpol bersama Bawaslu

Jika program ini dijalankan maka anggaran perbaikan gizi akan meningkat  6 hingga 8 kali lipat dan dengan melihat anggaran pendidikan nasional yang hanya Rp 612 Triliun maka pembagian berpotensi menggunakan 2/3 anggaran pendidikan untuk memberikan makan siang saja.

Janji kedua capres Prabowo Subianto  yaitu helirisasi industri dengan melarang ekspor mineral mentah.

Dari sudut pandang ekonomi  negara akan mengalami kerugian besar jika hanya menjual bahan mentah hasil bumi dan alam tanpa diolah terlenih dahulu, karena harga jual bahan mentah tersebut murah, untung yang tipis dan harganya juga tidak stabil.

Sementara itu harga jual barang jadi atau setengah jadi mempunyai nilai tambah ekonomi yang sangat besar dan harganya juga stabil untuk menopang pemasukan ekonomi Negara.

Ditahun 2022 pendapatan negara dari ekspor biji nikel ituRp 91,7 triliun dan ekspor bauksit senilai Rp 9,5 triliun jika misalnya hilirisasi ini dapat berjalan makan akan menambah nilai ekonomi bauksit sampai 552 persen. 

Dimana jika bauksit tersebut tidak diolah maka negara akan kehilangan potensi keuntungan sampai 552 persen.

Kategori :