Kala Bambu Tak Lagi Dipandang Sebelah Mata: Pertamina Dorong Ekonomi Hijau Desa Banu Ayu

Aktivitas Kelompok Tunas Muda di Desa Banu Ayu, Sulap bambu bernilai ekonomi, menjadi penopang utama kehidupan masyarakat.--
OKU, KORANRADAR.ID - Bambu yang selama ini tumbuh liar di tepian kebun dan aliran sungai Desa Banu Ayu, Sumatera Selatan, dahulu tak pernah dianggap lebih dari sekadar semak pengganggu. Namun kini, tanaman yang dulu disepelekan itu menjelma menjadi sumber penghidupan utama warga.
Di tangan para pemuda Kelompok Tunas Muda, dibina oleh Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, bambu kini memiliki martabat baru bukan lagi tanaman liar, melainkan “emas hijau” desa.
Inisiatif ini bermula ketika Noprian, seorang pemuda lokal yang kini disebut sebagai local hero Banu Ayu, melihat potensi besar dari apa yang selama ini luput dari pandangan masyarakat.
Melalui pendampingan Fuel Terminal Baturaja Pertamina, ia berhasil mengajak generasi muda desa untuk mengubah paradigma: bahwa sumber daya sederhana bisa menjadi motor perubahan besar jika dikelola dengan benar.
Sejak Februari 2025, bambu diolah secara menyeluruh menggunakan konsep zero waste. Setiap bagian bambu dimanfaatkan: batangnya diolah menjadi tusuk sate berkualitas ekspor, serbuk dan sisa potongannya menjadi briket arang pengganti bahan bakar, sedangkan bagian lain dijadikan pupuk organik serta kerajinan bambu bernilai ekonomi. Tidak ada limbah yang terbuang sia-sia.
Dampaknya terasa nyata. Kini Desa Banu Ayu telah melahirkan dua unit usaha baru dengan 14 tenaga kerja aktif. Produksi tusuk sate mencapai 50.000 batang per bulan, menghasilkan omzet Rp10 juta dan meningkatkan pendapatan keluarga hingga 30 persen. Desa yang sebelumnya sepi aktivitas kini dikenal sebagai sentra tusuk sate ramah lingkungan di Sumatera Selatan, dengan distribusi hingga Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU).
“Awalnya kami tidak pernah membayangkan bambu bisa menjadi sumber penghasilan utama,” ungkap Noprian. “Melalui pendampingan dari Pertamina, kami belajar teknik produksi dan manajemen usaha. Kini kami tidak hanya punya pekerjaan tetap, tetapi juga punya kebanggaan karena desa kami dikenal sebagai desa inovasi hijau.”
Kesaksian senada datang dari Niski, salah satu anggota Kelompok Tunas Muda. “Dulu saya kesulitan mencari pekerjaan. Sekarang, selain punya penghasilan tetap, saya juga punya keterampilan baru yang bisa diwariskan,” katanya dengan bangga.
Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, Rusminto Wahyudi, menegaskan bahwa keberhasilan ini bukan sekadar program bantuan. “Kami percaya setiap desa punya pahlawan lokal yang mampu memimpin perubahan. Pertamina hadir bukan hanya memberi fasilitas, tetapi mendampingi agar potensi lokal tumbuh menjadi model ekonomi yang berkelanjutan.”
Melalui penyediaan peralatan modern, pelatihan teknis, pendampingan manajemen usaha, hingga fasilitasi akses pasar, Pertamina memastikan program ini terus berjalan mandiri. Tak hanya menggerakkan ekonomi, program ini juga berkontribusi pada pencapaian SDGs Tujuan 1 (Tanpa Kemiskinan), Tujuan 8 (Pekerjaan Layak), Tujuan 12 (Produksi Berkelanjutan), dan Tujuan 13 (Aksi Iklim).
Keberhasilan Desa Banu Ayu kini menjadi inspirasi untuk direplikasi ke desa-desa lain di Indonesia. Sebuah bukti bahwa **pembangunan berkelanjutan bisa dimulai dari bambu liar, selama ada tangan yang mau merawatnya dan pikiran yang mau percaya pada potensinya.