Berkat JKN, Untung dan Suhartinah Terbantukan Berobat di Rumah Sakit
Manfaat Program JKN dirasakan langsung oleh pasangan suami istri, Untung Suprayitno dan Suhartinah yang bertempat tinggal di Kecamatan Plaju Palembang--
KORANRADAR.ID – Manfaat Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dirasakan langsung oleh pasangan suami istri, Untung Suprayitno (61) dan Suhartinah (63), Pensiunan PNS yang bertempat tinggal di Kecamatan Plaju, menceritakan pengalaman mereka menjalani pengobatan serius tanpa harus terbebani oleh biaya yang besar.
Untung Suprayitno tak pernah menyangka bahwa diabetes yang dideritanya sejak 2015 akan memberikan dampak besar pada kesehatan matanya.
Awalnya, ia hanya merasakan penurunan penglihatan. Namun, dokter memvonis bahwa mata kanannya memerlukan serangkaian tindakan medis untuk mengatasi komplikasi akibat diabetes tersebut.
“Sudah enam kali saya menjalani tindakan untuk mata kanan saya,” ungkap Untung, mengingat proses panjang yang telah ia jalani.
BACA JUGA:Peserta JKN Tetap Bisa Akses Layanan BPJS Kesehatan Selama Libur Lebaran 2025
BACA JUGA:Aplikasi Mobile JKN, BPJS Kesehatan Himbau Peserta JKN Rutin Skrining Riwayat Kesehatan
Tindakan tersebut meliputi tiga kali injeksi, operasi katarak, hingga tindakan laser yang semuanya dilakukan di tahun yang berbeda.
Untung merasa sangat terbantu dengan adanya JKN. Seluruh biaya pengobatan, dari awal hingga akhir, ditanggung oleh program ini.
“Tidak ada biaya yang saya keluarkan secara pribadi. Semua ditanggung JKN dan pelayanannya sangat baik,” katanya penuh rasa syukur.
Perjalanan pengobatan Untung melibatkan kontrol rutin untuk diabetes dan perawatan mata. Keduanya dilakukan di dua rumah sakit yang berbeda.
BACA JUGA:Sosialisasi Pembangunan ZI Kemenag Sumsel Gandeng DJKN Sumsel
BACA JUGA:Tri Yuliati Pasien Persalinan Operasi Caesar, Berkat Layanan JKN Persalinan Tanpa Biaya
Meskipun begitu, ia mengakui bahwa pelayanan dari JKN selalu lancar dan memadai. “JKN sangat membantu proses pengobatan saya. Kalau tidak ada JKN, mungkin saya sudah kesulitan secara finansial,” tambahnya.
Cerita serupa datang dari sang istri, Suhartinah, yang telah menjalani hidup dengan alat pacu jantung (pacemaker) sejak 2016.