9 Festival Budaya Tionghoa yang Masih Terus Dilakukan

--

BUDAYA Tionghoa dianggap budaya yang paling kompleks di dunia. Budaya Tionghoa sudah menyebar ke berbagai penjuru dunia, seiring dengan banyaknya orang Tiongkok perantauan yang memilih untuk bermigrasi. Budaya Tionghoa mencerminkan nilai-nilai luhur, kebiasaan, serta bakti kepada leluhur.

Beberapa festival budaya Tionghoa, antara lain festival Imlek, perayaan Cap Go Meh, hari Ceng beng, perayaan Bakcang, festival Hantu Lapar, festival Kue Bulan dan perayaan Dongzhi. 

Budaya Tionghoa adalah salah satu kebudayaan tertua di dunia, yang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, namun mampu tetap bertahan hingga kini. Berikut 9 festival yang masih dibawa dan dilakukan hingga saat ini: Berikut penjelasannya seperti dikutip dari tionghoainfo.

 

1. Festival Tahun Baru Imlek,  Tanggal 1 Bulan 1 Imlek

Tahun Baru Imlek atau Festival Musim Semi biasanya dirayakan oleh masyarakat Tionghoa hingga kini dengan sangat meriah, dengan menggantung berbagai macam pernak-perniknya, seperti menggantung lampion merah, menempel kertas merah bertuliskan ‘FU’, menyiapkan angpao, sampai pesta kembang api dan atraksi naga dan barongsai.

Awalnya Imlek merupakan hari raya yang berkaitan dengan pergantian musim, yakni dari musim dingin ke musim semi. Karena musim semi dihitung sebagai musim pertama dari 4 musim yang ada, maka berdasarkan penanggalan Imlek, hari pertama mulainya musim semi merupakan hari pertama penanggalan Imlek.

 

2. Festival Cap Go Meh, Tanggal 15 Bulan 1 Imlek

Festival Yuan Xiao atau biasa dikenal dengan perayaan Cap Go Meh jatuh setiap tanggal 15 bulan pertama penanggalan Imlek. Sama halnya dengan perayaan Imlek diatas, perayaan Cap Go Meh ini juga dirayakan dengan meriah di Indonesia.

Umumnya yang ada dalam Festival Cap Go Meh ini adalah pertunjukan tarian barongsai, naga (liong), atraksi beladiri wushu, pergelaran alat musik tradisional China, pertunjukan tarian khas negeri Tiongkok, dan sebagainya.

Bahkan di Indonesia, festival Cap Go Meh ini dilakukan upacara kirab, atau turun ke jalan raya dengan menggotong Toapekong, yang berupa usungan/kio yang diisi patung para Dewa. Bahkan, di beberapa kota, seperti di daerah Jakarta dan di Manado, ada atraksi “lok thung” atau “thang sin”.

Mereka adalah orang yang menjadi medium/perantara, dimana biasanya akan melakukan beberapa atraksi sayat lidah, memotong lengan/badannya dengan sabetan pedang dsb. Mereka dipercaya telah dirasuki roh Dewa untuk memberikan berkat bagi umat.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan