Perayaan Tian Chuan, Dewi Nuwa, Menambal Langit
--
Menurut legenda, keluarga Nuwa menggunakan matahari untuk menambal langit. Festival Tianchuan juga tercatat di buku Yuanjian Leihan (渊鉴类函) bab 13, yang tercatat kata Bu tian chuan (补天穿), yang berarti “memperbaiki kebocoran langit”.
B. Tradisi di Daerah
Di samping daerah lain, daerah2 yang ada komunitas Hakka-nya, termasuk Taiwan, masih banyak yang merayakan tradisi ini. Ada yang membuat kue 5 warna dari bahan ketan yang lengket, sebagai simbol batu 5 warna yang digunakan Dewi Nuwa untuk menambal langit yang bocor.
Pada hari ini, sudah menjadi kebiasaan sebagian masyarakat di Tiongkok dan Taiwan untuk menyajikan kue dadar di rumah.
Orang Hakka merayakan Tianchuan (Thian-chon) setiap tanggal 20 bulan 1 Imlek, dengan menggoreng Tian ban (甜粄), atau Nian gao (年糕), alias kue keranjang yang disimpan sejak hari pertama tahun baru Imlek sampai hari ke-20.
Pada hari Tianchuan, Tian ban (Thiam-pan) pun dikeluarkan dan digoreng, sebagai simbol menambal langit. Ada yang digoreng dengan campuran telur yang sudah dikocok, ada pula yang digoreng dengan adonan tepung.
Orang-orang kemudian menempelkan kue yang digoreng itu diatas atap genteng rumah. Ada juga tradisi orang Hakka yang menusukkan jarum-jarum diatas Thiam-pan yang digoreng. semua ini hanya sebagai simbol menambal langit bocor, atau Pu-Thian-Chon.
Kebiasaan lainnya adalah menaruh sedikit kue manis di celah-celah dinding rumah, dan kemudian berdoa untuk tahun baru yang bahagia dan cuaca yang baik.
Pada jaman dulu, masyarakat yang merayakannya akan libur, atau tidak melakukan pekerjaan rutin, seperti membajak sawah, dan menenun bagi yang perempuan. Sebagai gantinya, mereka menyanyikan lagu daerah bersama.
Di satu sisi, itu memungkinkan mereka yang telah bekerja keras untuk beristirahat sejenak, serta membiarkan bumi pulih. Ini perspektif dari konsep perlindungan lingkungan modern, dimana manusia perlu memberi waktu kepada alam untuk memperbaiki. (tio)