Yudha Bahar Berkomitmen untuk Seni dan Budaya di Kota Palembang
Bakal Calon Walikota Palembang Yudha Pratomo Mahyudin menggelar Rembuk Bersama Seniman di Guns Cape, Palembang, Senin (16/6). Dalam kegiatan ini Hadir sejumlah seniman dan budayawan dan sejarah di kota Palembang diantaranya MS Iqbal Rudianto, ST , Qusoi--
PALEMBANG, KORANRADAR. ID - Bakal Calon Walikota Palembang Yudha Pratomo Mahyudin menggelar Rembuk Bersama Seniman di Guns Cape, Palembang, Senin (16/6). Dalam kegiatan ini Hadir sejumlah seniman dan budayawan dan sejarah di kota Palembang diantaranya MS Iqbal Rudianto, ST , Qusoi, Ali Goik, Kemas Ari Panji, Heri Mastari, Rendi Dul Muluk, Anto Narasoma.
Yudha mengaku dirinya ingin berkomitmen untuk bidang seni dan budaya di kota Palembang, dalam arti menjadikan seni dan budaya sebagai motor sebagai jangkar sedangkan bidang lain seperti pendidikan, infastruktur, kesehatan dan sebagai bisa mengikuti .
“ Kalau standar seperti kesehatan lah biasa , pendidikan kesehatan , dimana sekarang kira-kira yang tidak meyentuh itu , walaupun tadi dikatakan tidak nyudahi jugo , masih ada juga , infastruktur masih ada jugo jalan bolong, artinya kalau yang standar-standar itu mau di fokuskan , tidak jauh jugo, kita ingin pendekatan lain , aku setuju karena Palembang ini sebenarnya apa dio yang mau dijual, kita gunung dak katek, air terjun dak katek, laut dak katek, dibandingkan kota lain se-Indonesia, tapi kota Palembang ini bedanya tuanya itu yang tidak bisa dibantah, “ katanya menjawab pertanyaan sejumlah seniman , budayawan dan sejarawan kota Palembang.
Dengan tuanya kota Palembang menurutnya ini bisa dijual maka larinya nanti ke seni dan budaya untuk menjadikan seni dan budaya itu sebagai jangkar utama pembangunan di Palembang.“ Itu yang akan kita jual seni dan budaya ,” katanya.
Yudha melihat selama ini tidak majunya seni dan budaya di Palembang lantaran pemerintah daerah tidak ada political will dan tidak tahu monetasinya .“ Penari kecak di Bali itu beduit disana , ngapo? Karena pemerintah ngerti cari duit dan kesenian itu, dibangunlah amphitheater di Bali, saya setuju kalau seniman itu harus diberikan otonomi, diberikan otoritas untuk mengatur dirinya sendiri,” katanya.
Dia mencontohkan kalau Gedung Kesenian diberikan kepada seniman namun masih pemerintah yang mengaturnya maka tidak akan jalan pengembangan seni dan budaya di Palembang.“ Seniman ini ada bedanya dengan orang biasa , dio penuh otonomi , perlu diberikan kewenangan , seniman ngurus gedung kesenian ,” katanya.
Yudha mengajak para seniman dan budayawan di Palembang untuk merumuskan lagi bagaimana memonetasi seniman, memonetasi sejarah dan budaya yang dianggap sebagai katagori pelengkap penderita jika dinilai selama ini. Dia berharap dengan kesenian bisa menghasilkan uang untuk para seniman dan budayawan .
“Jadi kalau jadi motor penggerak, jadi subjek , jadi prioritas , jadi sesuatu yang utama itu oke tapi kalau itu tidak bisa menghasilkan duit , tidak ada juga , idialisme tanpa kesejahteraan nonsense, jadi bagaimana mensejahterakan seniman dana budayawan ini dengan profer, perda dan perwali kesenian itu lantarannya saja tujuannya itu bagaimana seniman dan budayawan bahagia,