Pentingnya Produksi Pangan Higienis Bagi Pengusaha Tempe
Salah satu perajin tempe di Kelurahan Plaju Ulu, Kecamatan Plaju, semakin mantap mengadopsi gaya hidup bersih saat memproduksi olahan tempe di rumahnya masing-masing untuk memerhatikan aspek higienitas dalam proses produksinya.--
PALEMBANG, KORANRADAR.ID – Sebanyak 24 Perajin Tempe di Kelurahan Plaju Ulu, Kecamatan Plaju, semakin mantap mengadopsi gaya hidup bersih saat memproduksi olahan tempe di rumahnya masing-masing diwariskan turun temurun memproduksi tempe dijual di pasar dengan proses tradisional, tanpa memerhatikan aspek higienitas dalam proses produksinya.
Hal itu diakui langsung oleh salah satu perajin tempe yang rumahnya beralamat di Jalan Asia Kelurahan Plaju Ulu, Joko Pitoyo. Menurutnya, akses pangan sehat di Plaju Ulu memang masih belum memiliki standar kebersihan yang layak. “Masih menggunakan drum bekas oli sebagai alat perebusan,” katanya sendiri. Proses peragian atau fermentasinya pun, kata Joko, masih menggunakan kotak adukan beralas terpal atau plastik.
Tahun lalu, kampung produksi tempe Plaju Ulu ini menghadapi problema yang hampir serupa: sanitasi. Meskipun limbah tempe sudah mulai terkelola dengan baik semenjak adanya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) mandiri dan komunal, namun aroma-aroma kurang sedap masih sesekali menyeruak.
Namun masalah itu pelan-pelan sirna. Joko mulai menyadari tuntutan pasar yang sadar akan pentingnya pangan sehat. Ia berniat membawa perubahan pelan-pelan agar para pedagang di Pasar Plaju, tempat ia dan perajin lainnya berlapak, selain memastikan penjualan dan keuntungan, juga memerhatikan aspek keamanan pangan yang akan dikonsumsi masyarakat.
Beruntung, setelah hadirnya Kilang Pertamina Plaju (PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit III Plaju) melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang membantu instalasi IPAL komunal bertenaga surya di rumahnya pada 2022 lalu, kesadaran akan pentingnya proses produksi bersih semakin tumbuh.
Area Manager Communication, Relations & CSR Kilang Pertamina Plaju, Siti Rachmi Indahsari, mengatakan bahwa perusahaan memiliki Kebijakan TJSL yang langsung ditandatangani General Manager (GM) sebagai pijakan utama dalam melaksanakan pilar-pilar keberlanjutan yang dimaksud.
“Pertamina memegang teguh komitmen untuk menjaga prospek bisnis yang berkelanjutan dengan memprioritaskan keseimbangan dan kelestarian alam, perlindungan terhadap lingkungan hidup serta kontribusinya terhadap terwujudnya kemandirian masyarakat,” ujarnya.
Bak batu yang terus menerus ditetesi air sehingga semakin lunak, upaya perusahaan dalam memberdayakan perajin tempe itu mulai nampak. Para perajin yang tergabung dalam Paguyuban Perajin Tempe Plaju Bersinar telah memiliki kecakapan dalam mengelola lingkungan dengan lebih bertanggung jawab. Alih-alih sebatas mengolah tempe, para perajin mulai sadar akan posisinya sebagai bagian dari planet bumi yang juga harus engolah keberlanjutan.” tuturnya.
Tekad kuat Kilang Pertamina Plaju sebagai perusahaan pengolahan migas dan petrokimia di Kota Palembang itu dalam membina perajin tempe agar semakin melek proses bersih, didasari oleh komitmen pada aspek keberlanjutan yang sejalan dengan aspek Environmental, Social & Governance (ESG).
Ditambahkan, Ketua Paguyuban Tempe Muhammad Taufik, masalah pembuangan limbah tempe yang bau dan membuat selokan mampet sudah sudah kita atasi bersama,” begitu pengakuan. Setiap sore kira-kira selepas menunaikan ibadah salat ashar, meneteskan beberapa mililiter (mL) Eco-Enzym ke inlet IPAL tempe komunal di dekat rumahnya. Cairan ‘ajaib’ eco-enzym itu diproduksi oleh Chairul Bahri, warga Kelurahan Talangbubuk, Kecamatan Plaju, berkat kreativitasnya dalam meracik inovasi.
Terobosan pria yang akrab disapa Elonk itu dimulai sejak awal pertengahan 2021, bermula dari melimpahnya buah belimbing wuluh yang ditanam di sekitar rumahnya. Dari sini, timbul inisiatif Elonk untuk memanfaatkan buah belimbing wuluh tersebut yang tak hanya untuk masakan tetapi juga bisa dijadikan nilai tambah.
Dengan memanfaatkan pengetahuan kimia yang dimilikinya, serta literatur ilmiah dan pelatihan eco-enzym yang difasilitasi oleh Kilang Pertamina Plaju, menjadi landasan yang kuat bagi Elonk memutuskan mencoba membuat enzym belimbing wuluh tersebut.
Beberapa tetes Eco-Enzym itu, mampu mengurangi aroma kurang enak yang sesekali masih menyeruak.” Ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) provinsi, Hendriansyah soal IPAL bertenaga surya yang merupakan hal baru di Sumsel sebagai upaya baik dalam mendorong masyarakat untuk turut berkontribusi dalam program transisi energi ini. “Dengan adanya Solar Cell dengan kapasitas 2,2 kWp, yang berada di lokasi industri rumah tangga yang merupakan produsen tempe di Plaju Ulu ini kami nilai sangat baik.