Puncak Ritual Ulambana di Vihara Amitabha, Bakar Replika Raja Setan dan Kapal untuk Antar Arwah Leluhur
Ribuan umat Buddha memadati Vihara Amitabha Graha di Jl. Taman Kenten, Palembang, untuk mengikuti puncak ritual Ulambana. Acara yang berlangsung meriah pada Sabtu (20/9) malam ini ditandai dengan pembakaran replika kapal, rumah, dan Tai Se atau simbol ra--
Caption : Ketua Vihara Amitabha Graha, Halim Susanto saat diwawancarai
PALEMBANG, KORANRADAR.ID – Ribuan umat Buddha memadati Vihara Amitabha Graha di Jl. Taman Kenten, Palembang, untuk mengikuti puncak ritual Ulambana. Acara yang berlangsung meriah pada Sabtu (20/9) malam ini ditandai dengan pembakaran replika kapal, rumah, dan Tai Se atau simbol raja setan. Pembakaran ini menjadi simbol pengantaran arwah leluhur kembali ke alam asalnya.
Ritual yang sudah dimulai sejak Jumat (19/9) ini diawali dengan prosesi mengundang roh para leluhur dan kerabat yang telah meninggal. Menurut Ketua Vihara Amitabha Graha, Halim Susanto, tujuan dari ritual ini adalah agar para arwah mendapatkan berkah dan kebahagiaan.
Adapun puncak ritual, persembahan yang disiapkan oleh panitia dari donasi keluarga didoakan dengan pembacaan varita, sutra, dan doa khusus. Nama-nama arwah yang didoakan kemudian dimasukkan ke dalam replika kapal, sebagai simbol mengantarkan mereka kembali ke alamnya.
Pembakaran replika rumah, kapal, dan Popokon (sebutan lain Tai Se) dilakukan di area belakang vihara. Prosesi ini diyakini sebagai cara untuk membantu arwah kembali ke alam mereka dan berharap bisa terlahir kembali di alam yang lebih bahagia.
BACA JUGA:Ritual Sakral Sembahyang Rebutan di Kelenteng Wie Ceng Keng Palembang Resmi Ditutup
BACA JUGA:Vihara Prajna Shanti Palembang Bagikan Ratusan Paket Sembako, Wujud Bakti Umat Buddha
Halim Susanto menjelaskan, ritual yang berlangsung dua hari ini bertujuan untuk mengundang arwah pada hari pertama agar dapat menyaksikan persembahan dari keluarga mereka. "Setelah semua rangkaian selesai, para arwah kita antarkan kembali ke alamnya dengan mengendarai kapal. Sebagai penutup, kita membakar kapal yang mengangkut roh sekaligus membakar simbol raja setan," ujar Halim.
Ritual Ulambana sendiri memiliki kisah historis. Halim menceritakan bahwa ritual ini berawal dari kisah salah satu murid Buddha Gautama yang berupaya menolong ibunya yang berada di alam rendah. Setelah menemui Sang Buddha, ia diberi nasihat bahwa berbakti kepada Sangha (komunitas biksu/bikshuni) dengan cara berderma juga dapat membantu mengangkat arwah orang tua atau leluhur yang telah meninggal.
"Kisah ini mengajarkan bahwa bakti anak kepada orang tua, jika dibarengi dengan berderma kepada Sangha, akan sangat membantu bagi orang tua, leluhur, dan kerabat yang sudah meninggal untuk diangkat ke alam manusia. Ini terus dilakukan umat hingga sekarang," pungkas Halim. (sep)