Ritual Sakral Sembahyang Rebutan di Kelenteng Wie Ceng Keng Palembang Resmi Ditutup

sembahyang penutupan ulambana atau rebutan di kelenteng Wie Cheng Keng--

PALEMBANG, KORAN RADAR.ID - Ribuan umat dan warga Tionghoa di Palembang baru saja mengakhiri rangkaian perayaan Festival Ulambana atau Sembahyang Rebutan. Puncak ritual ini ditandai dengan digelarnya upacara penutupan gerbang neraka di Kelenteng Wie Ceng Keng, Jalan Tembok Baru 14 Ulu, pada Sabtu, 20 September 2025.

Puncak Ritual Penutupan Gerbang Neraka

Acara penutupan ini dimulai dengan sembahyang Ciok Siu atau Tua Cui pada pukul 11.00 WIB, yang dipimpin oleh Saikong Lie Chiau Lian. Puncaknya, pada pukul 14.00 WIB, gerbang pintu neraka ditutup melalui ritual yang khidmat di bawah arahan Suhu Bunliong.

Menurut Hasyim, Ketua Kelenteng Wie Ceng Keng, didampingi Humas Micheal, selesainya ritual ini menandakan berakhirnya seluruh rangkaian Sembahyang Rebutan di kelenteng tersebut.

Makna Mendalam di Balik Festival Hantu Kelaparan

Hasyim menjelaskan, Sembahyang Rebutan adalah tradisi yang secara rutin digelar setiap bulan ketujuh dalam penanggalan Tionghoa, yang dikenal juga sebagai Festival Hantu Kelaparan.

"Kami percaya bahwa pada bulan ini, pintu alam baka terbuka dan arwah-arwah leluhur dapat bebas berkelana di dunia manusia," ujarnya.

Masyarakat Tionghoa cenderung lebih berhati-hati dalam beraktivitas selama bulan ini. Mereka biasanya menghindari kegiatan besar seperti membuka usaha baru, menikah, atau melakukan perjalanan jauh, sebagai bentuk penghormatan.

Cioko: Tradisi Berbagi dan Penghormatan Leluhur

Pada puncak festival, warga Tionghoa akan mengadakan perayaan dan persembahyangan yang disebut cioko. Secara harfiah, cioko berarti "menjarah dari altar", sebuah tradisi yang dulunya dilakukan oleh masyarakat agraris sebelum panen untuk menghormati leluhur dan dewa.

Dalam ritual ini, persembahan lengkap disajikan di depan altar, mulai dari buah-buahan, kue, minuman, hingga berbagai masakan. Semua sajian ini dipersembahkan untuk memenuhi kebutuhan arwah. Di kalangan masyarakat Tionghoa, perayaan ini juga dikenal sebagai Cit Gwee Poa.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan