Kisah Tiga Atlet Wing Chun Palembang yang Menginspirasi!, Dari Bangku Sekolah Menuju Panggung Nasional

Tiga remaja mewakili Palembang dan harapan besar bagi kelestarian seni bela diri tradisional yang penuh nilai Wing Chun di ajang FORNAS VIII Tahun 2025 NTB --
PALEMBANG, KORANRADAR.ID – Suara semangat membahana bukan dari gelanggang olahraga megah, melainkan dari ruang latihan sederhana di Palembang.
Di sana, tiga pendekar muda mengasah kemampuan, memupuk keberanian, dan mempersiapkan diri menghadapi tantangan besar: Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS) VIII Tahun 2025 di Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada Jumat, 25 Juli 2025.
Mereka adalah Ni Made Daevika Ishana Anindya (SMP Xaverius 1), Stevano Gathan (SMA Kusuma Bangsa), dan Ni Putu Ayu Pracalita (SMA Xaverius 1).
Ketiga remaja ini bukan hanya mewakili Palembang, tetapi juga membawa harapan besar bagi kelestarian seni bela diri tradisional yang penuh nilai: Wing Chun.
BACA JUGA: ALTI Sumsel Juara Umum Fornas VIII NTB 2025
BACA JUGA:2 Atlet INATKF Raih 2 Medali Emas di Fornas NTB
Didikan Disiplin dari Perguruan Teratai Putih
Di bawah bimbingan Sifu William Hendri, ketiganya ditempa dengan disiplin tinggi di bawah naungan Perguruan Teratai Putih.
Perguruan ini dikenal telah melahirkan banyak petarung berkarakter. Sifu William tak hanya menanamkan teknik pertarungan jarak dekat yang menjadi ciri khas Wing Chun, tetapi juga menekankan pentingnya filosofi bela diri: pengendalian diri, kehormatan, dan kebajikan.
"Mereka bukan hanya belajar memukul atau menangkis. Tapi belajar menjadi pribadi yang utuh. FORNAS adalah ujian karakter, bukan sekadar kemampuan," ujar Sifu William dalam salah satu sesi latihan tertutup.
BACA JUGA:Sapu Bersih Medali! ALTI Sumsel Juara Umum Lari Trail FORNAS VIII NTB 2025
BACA JUGA:Gubernur Herman Deru Optimistis Sumsel Tembus Tiga Besar Fornas VIII
Mengenal Wing Chun: Seni Bela Diri Berakar Kuat dari Tiongkok
Wing Chun adalah seni bela diri Tiongkok yang berfokus pada pertarungan jarak dekat, pukulan cepat, dan pertahanan yang efisien.
Gaya ini menekankan keseimbangan, struktur tubuh yang kuat, dan gerakan ekonomis, sehingga memungkinkan praktisinya memanfaatkan kekuatan lawan untuk keuntungannya sendiri.
Salah satu ciri khasnya adalah teknik pukulan berantai (chain punching) dan penggunaan chi sao (sticky hands) untuk mengembangkan sensitivitas taktil.
Asal-usul Wing Chun sering dikaitkan dengan legenda Ng Mui, seorang biarawati Buddha dari Kuil Shaolin.