Kisah Tiga Atlet Wing Chun Palembang yang Menginspirasi!, Dari Bangku Sekolah Menuju Panggung Nasional

Tiga remaja mewakili Palembang dan harapan besar bagi kelestarian seni bela diri tradisional yang penuh nilai Wing Chun di ajang FORNAS VIII Tahun 2025 NTB --
Konon, ia menciptakan gaya ini setelah menyaksikan pertarungan antara bangau dan ular, kemudian mengajarkannya kepada seorang wanita bernama Yim Wing Chun untuk membantunya membela diri dari penindasan. Dari sinilah nama "Wing Chun" diambil, yang berarti "musim semi abadi" atau "puji-pujian musim semi".
Wing Chun berkembang pesat dan menjadi populer di seluruh dunia, salah satunya berkat ketenaran Ip Man, seorang grandmaster Wing Chun yang kemudian menjadi guru dari legenda bela diri Bruce Lee.
Di Indonesia, Wing Chun sudah cukup dikenal, dan di Palembang sendiri, seni ini pertama kali diperkenalkan oleh Shifu Suhaimi melalui Perguruan Harimau Besi.
Berakar dari filosofi perlawanan yang kuat, Wing Chun kini tidak hanya menjadi seni bela diri, tetapi juga berkembang menjadi salah satu bentuk olahraga rekreasi yang kaya akan nilai budaya dan spiritualitas.
BACA JUGA:Kisah Inspiratif 3 Atlet Muda Palembang di FORNAS 2025: Melanjutkan Warisan Wing Chun dari Tiongkok
Tradisi yang Kembali Bergema di Palembang
Wing Chun bukanlah hal baru di Palembang. Sejak diperkenalkan, seni bela diri asal Tiongkok ini telah menyebar ke berbagai lapisan masyarakat.
Palembang sendiri tak pernah absen mengirimkan atlet Wing Chun ke ajang FORNAS sejak tahun 2019. Tahun ini, giliran generasi baru yang siap melanjutkan tongkat estafet.
Dukungan Penuh dari Berbagai Pihak
Menyadari potensi besar olahraga tradisional ini, Wakil Wali Kota Palembang H. Prima Salam hadir langsung melepas kontingen Wing Chun Palembang bersama 18 Induk Organisasi Olahraga (INORGA) lainnya.
Dalam pidatonya, Prima mengungkapkan rasa bangga kepada para atlet muda yang akan berlaga di kancah nasional.
"Ini bukan sekadar kompetisi. Ini adalah perjalanan budaya dan semangat kebangsaan. Kami bangga dan akan terus mendukung kalian, tak hanya secara moral tapi juga logistik," tegasnya.
Komitmen ini tidak hanya sebatas retorika. Bantuan nyata datang dari perusahaan tambang milik negara, PT Bukit Asam, yang turut membantu biaya pendaftaran kontingen Wing Chun Palembang ke FORNAS.
Bantuan ini menjadi penyemangat tersendiri bagi para atlet, pelatih, hingga pengurus cabang olahraga.
Lebih dari Sekadar Medali
Helena S.Y., Ketua Aliansi Kungfu Tradisional Indonesia (AKTI) Palembang, mengungkapkan bahwa FORNAS lebih dari sekadar kompetisi.
"Ini adalah momentum untuk membangun jati diri dan rasa cinta terhadap budaya. Anak-anak ini adalah simbol harapan dan penjaga warisan leluhur," katanya dengan bangga.
Ia juga menekankan bahwa pencapaian bukan semata dihitung dari medali yang diraih, melainkan dari nilai-nilai yang ditanamkan dan dampak positif yang ditularkan ke lingkungan sekitar.