Putri Palembang, Sosok di Balik Kejayaan Kesultanan Brunei Darussalam

Istana Nurul Iman Brunai Darussalam--

KORANRADAR.ID– Brunei Darussalam dikenal sebagai salah satu negara terkaya di dunia, dengan kekayaan yang bersumber dari eksploitasi minyak bumi sejak tahun 1928.

Tak heran jika para penguasanya kerap masuk dalam daftar pemimpin dan orang terkaya di dunia.

Namun, tak banyak yang tahu bahwa eksistensi dan garis keturunan Kesultanan Brunei saat ini "tercipta" berkat peran seorang perempuan Indonesia, tepatnya dari Palembang.

"Penciptaan" ini terbentuk melalui jalur pernikahan yang melahirkan banyak generasi, membentuk garis keturunan para sultan hingga saat ini.

Siapakah Sosok Penting Itu?

Dia adalah Raden Mas Ayu Siti Aisyah, seorang putri dari Kesultanan Palembang. Menurut situs resmi Keraton Palembang, Siti Aisyah adalah putri dari Tumenggung Manca Negara dan saudara kandung Raja Palembang ke-9, Sedo Ing Pesarean Jamaluddin Mangkurat V, yang memerintah pada 1651-1652.

BACA JUGA:Putri Palembang Kirana Pramudita Sanjaya Raih Predikat Putri Anak Indonesia Budaya 2024

Titik balik hidup Siti Aisyah terjadi ketika ia dipersunting oleh seorang bangsawan dari Kesultanan Brunei, Abdul Jalilul Akbar. Kelak, Abdul Jalilul Akbar naik takhta sebagai Sultan Brunei dan memerintah dari tahun 1598 hingga 1659. Pernikahan ini secara otomatis menjadikan Siti Aisyah sebagai Permaisuri Sultan Brunei, sebuah posisi yang sangat terhormat dan berpengaruh.

Jalinan pernikahan ini kemungkinan besar terjadi karena adanya interaksi intens antara dua kesultanan besar di Asia Tenggara, yakni Palembang dan Brunei. Menurut buku A History of Brunei (1994), sejak abad ke-16, Brunei dikenal sebagai kekuatan Islam yang besar di wilayah Kalimantan dan sekitarnya. Mereka telah menjalin hubungan dengan berbagai kerajaan di Kalimantan seperti Pontianak, Banjarmasin, hingga Samarinda. Selain itu, Brunei juga aktif dalam perdagangan maritim dan kerap berlayar hingga ke kawasan Selat Malaka. Palembang, sebagai pusat penting perdagangan di selatan Sumatra, tentu menjadi simpul strategis dalam jaringan dagang ini. Melalui hubungan dagang inilah, besar kemungkinan interaksi kedua kerajaan mengarah pada ikatan pernikahan politik.

Peran Penting Siti Aisyah dan Keturunannya

Setelah menikah, Siti Aisyah hidup sebagai tokoh penting dan terhormat di Brunei. Menurut Historical Dictionary of Brunei Darussalam (2009), suaminya, Sultan Abdul Jalilul Akbar, sukses membawa Brunei ke arah yang lebih baik. Akbar menjalin hubungan diplomatik dengan kekuatan asing seperti Kekaisaran Spanyol, serta membangun kerja sama ekonomi dengan para pedagang internasional, yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan kesultanan secara pesat.

Dari pernikahan agung ini, lahirlah seorang putra bernama Muhyidin. Ia kemudian menjadi Sultan Brunei ke-15 dan memerintah pada 1673-1690, setelah berhasil merebut takhta dalam perang saudara. Dari Sultan Muhyidin inilah garis keturunan langsung Kesultanan Brunei modern bermula. Garis ini kemudian berlanjut hingga ke Sultan Hassanal Bolkiah yang telah memerintah sejak 1967.

Di tangan Hassanal Bolkiah, Kesultanan Brunei bertransformasi dari negara dagang menjadi negara minyak yang kaya dan makmur. Negara ini berhasil memacu produksi minyak hingga ratusan juta barel per hari, menjadikan Brunei salah satu negara terkaya di dunia. Dalam laporan South China Morning Post (SCMP) 2024, nilai kekayaan kesultanan saat ini diperkirakan mencapai US$ 30 miliar (sekitar Rp 489 triliun).

Dengan kata lain, kejayaan dan kemakmuran Kesultanan Brunei Darussalam hari ini tak terlepas dari peran fundamental seorang perempuan Palembang, Raden Mas Ayu Siti Aisyah. Ia menanamkan garis keturunan Palembang yang kini mengalir dalam darah para pewaris takhta Brunei.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan