Seleksi CBT MQKN 2025 Dimulai, 200 Santri Sumsel Siap Berlaga

--

PALEMBANG, KORANRADAR.ID – Sebanyak 200 santri dari 30 pondok pesantren di Provinsi Sumatera Selatan turut ambil bagian dalam seleksi Computer Based Test (CBT) Musabaqah Qiraatil Kutub Nasional (MQKN) ke-8 tahun 2025. Proses seleksi berlangsung secara daring selama tiga hari, yakni 17 hingga 19 Juni 2025, dari pondok pesantren masing-masing.

Kepala Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Sumsel, H. Syafitri Irwan, menyambut baik antusiasme para santri. Ia mengungkapkan optimisme bahwa santri dari Sumsel mampu menorehkan prestasi gemilang di ajang nasional yang akan digelar di Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang, Sulawesi Selatan, pada 1–7 Oktober 2025.

“Seleksi CBT ini dirancang agar jangkauannya lebih luas namun tetap menjaga mutu seleksi secara nasional. Tiga peserta terbaik dari masing-masing majelis lomba akan dikirimkan ke tingkat provinsi, lalu diseleksi menjadi kafilah daerah,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam (PAKIS) Kanwil Kemenag Sumsel, H. Badrut Tamam, menjelaskan bahwa tiap pondok diberi kuota untuk mengikuti sepuluh majelis lomba. Rinciannya terdiri dari dua untuk Marhalah Ula, tiga Marhalah Wustha, dan lima untuk Marhalah Ulya.

“Total ada 200 santri yang berpartisipasi dari Sumsel, mengikuti sembilan cabang lomba yakni nahwu, akhlak, hadits, ilmu hadits, tauhid, fiqh, usul fiqh, tafsir, dan tarikh. Selama tiga hari pelaksanaan, peserta mengikuti dua sesi seleksi per hari, mulai pukul 08.00–11.00 WIB dan 13.00–14.30 WIB,” paparnya.

Pembukaan resmi seleksi CBT MQKN tahun ini dilakukan oleh Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI, H. Amin Suyitno, secara daring pada Selasa pagi, 16 Juni 2025.

Dalam sambutannya, Suyitno menegaskan bahwa MQKN kali ini mencerminkan kesiapan pesantren menghadapi era digital. “CBT MQK adalah bukti nyata bahwa pesantren mampu mengikuti perkembangan zaman tanpa kehilangan identitasnya,” ucapnya.

Ia juga menyampaikan bahwa MQKN tahun ini mengangkat tema "Dari Pesantren untuk Dunia: Merawat Lingkungan dan Menebar Kedamaian dengan Turats." Tema ini mendorong santri untuk menggali nilai-nilai literatur klasik Islam (turats) dalam merespons isu-isu global, seperti krisis iklim dan perdamaian dunia.

“Pesantren harus menjadi pelopor Islam yang damai dan menjadi bagian dari solusi. Di tengah konflik dunia, para santri diharapkan tampil sebagai agen perdamaian yang menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan dari khazanah kitab kuning,” tutup Suyitno. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan