Kisah Hermanto Tanoko, Lahir di Bekas Kandang Ayam Kini Jadi Orang Terkaya RI

Hermanto Tanoko CEO Tancorp Abadi Nusantara--

Hermanto menceritakan, ayahnya benar-benar tak ingin menyusahkan orang lain. Tepatnya 9 bulan lebih 9 hari, mereka memutuskan meninggalkan rumah emak dan memberikan bisnis toko hasil bumi itu ke adik iparnya. Kemudian mereka pindah ke kota Malang dan memilih hidup walaupun susah.Di Malang, ayahnya menyewa sebuah gang ukuran 1 seperempat x 9 meter. 

BACA JUGA:Kisah Inspiratif HMC Baryadi, Anak Petani yang Bisa Bangun 90 BPR

Dulunya gang ini bekas kandang ayam dan disulap menjadi rumah tinggal bersama dengan 4 anaknya. "Dan di rumah itu saya dilahirkan. Jadi makanya wah Pak Hermanto lahir di kandang ayam, ya memang itu bekas kandang ayam, tapi sudah bukan kandang ayam lagi karena sudah diperbaiki menjadi rumah lah ya," kenang dia.

Saat itu ayahnya masih menjadi penjual hasil bumi di Singosari dan dijual di kota Malang. Kemudian ibunya berjualan pakaian dan barang bekas di depan rumah tersebut. Mama dan papanya merupakan pekerja yang sangat ulet sehingga mereka bahu membahu bagaimana keluarga mereka bisa survive. Sampai akhirnya bisa memiliki toko dan berkembang pesat sejak 1962 sejak dirinya lahir.

Hermanto mengungkapkan sang ayah memulai bisnis cat pada tahun 1978. Saat itu cat Avian masih industri rumahan. Produksinya dilakukan secara manual, ayah Hermanto yakni Soetikno Tanoko mencampur cat menggunakan dayung kapal.

Kemudian Hermanto membantu sang ayah pada tahun 1982 dan pegawai tokonya baru 18 orang. Dia mengaku ayahnya merupakan inspirasinya."Saat saya pertama kali membantu saya tanya papa saya 'Pa, apa nih cita-cita atau visi papa? Dia menjawab 'Papa ingin Avian menjadi pabrik cat yang terbesar di Indonesia'. Wow dari situ saya ini tertantang sekali, karena saat itu Avian pagar saja masih belum punya," jelasnya.

Hermanto menggambarkan jika tempat produksi cat Avian kiri-kanan masih sawah namun dia kagum dengan sang ayah yang memiliki mimpi untuk menjadi pabrik cat terbesar di Indonesia. Hal itulah yang membuat dia merasa tertantang dan berusaha menjadi yang terbaik. Setiap hari, setiap bulan dan setiap tahun dia selalu mencetak rekor penjualan dan ini membuat Avian tumbuh pesat.

Zaman terus berubah, tantangan bisnis terus bertambah. Hermanto mengaku tak bisa diam dan mengandalkan bisnis Avian dengan strategi yang itu-itu saja. Jadi untuk menjawab tantangan bisnis dia memperbesar wilayah, memperluas jaringan pelanggan.

Langkah besar pertama yang dilakukan Hermanto adalah membangun laboratorium research and development (R&D) dengan beberapa root chemichal yang sebelumnya tidak ada di Avian. "Jadi saya yakin untuk bisa tumbuh cepat itu, pengembangan produk baru ya harus terus berinovasi," jelasnya.

Tim Hermanto di Avian saat itu sangat solid, kompak dan kekeluargaan. Selalu berupaya mencari solusi ketika ada masalah baik operasional sampai sales distribusi. Hal inilah yang membuat Avian akhirnya bisa menjadi pabrik cat nasional yang terbesar di Indonesia setelah 40 tahun berdiri. 

Saat ini memang kompetitor perusahaan cat di Indonesia kebanyakan dari Amerika Serikat (AS), Jepang dan Eropa.

Hermanto menceritakan logo Cat Avian adalah bebek yang termasuk Avian atau unggas. Filosofinya adalah karena bebek atau unggas ini bisa berkembang biak di negara manapun. "Artinya unggas atau bebek bisa hidup baik di negara tropis, negara dingin atau negara musim apapun bisa sehat. Beda dengan pinguin kalau dia kan cuma di hawa dingin," jelasnya.

Lalu dari sisi manfaat, bebek mulai dari daging, bulu dan telurnya bermanfaat positif. Selain itu nama Avian ini juga agar lebih mudah diingat. "Zaman dulu orang kalau membeli itu nyebutnya cat bebek, jadi cat yang mereknya bebek lebih gampang diingat. Sekarang orang sudah kenal dengan Avian. Dulu logo bebeknya masih merengut, lalu ketawa dan sekarang bebeknya sudah terbang," jelas dia.

Untuk terus menjaga kualitas Hermanto mengungkapkan saat ini pabrik cat terus berekspansi dan membangun laboratorium terbesar di Asia Tenggara yang luasnya mencapai 5.000 meter persegi, lima lantai dan gedung namanya Avian Innovation Center.

"Nah itu khusus hanya untuk research jadi kami mengeluarkan dana kurang lebih Rp 100 miliar hanya untuk laboratorium," jelas dia.(acd/das)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan