Potensi Bitcoin di 2025, Mulai dari Adopsi hingga Tantangan Jangka Panjang

BITCOIN--
BACA JUGA:Investor Kripto Indonesia Diproyeksi Capai 28 Juta Orang
Menurut laporan Bisnis.com, peluncuran Bitcoin ETF dan keterlibatan perusahaan-perusahaan besar menjadi pendorong signifikan dalam lonjakan harga Bitcoin menjelang bull market 2025. Peran hedge fund dan penasihat investasi pun semakin terlihat, meskipun data menunjukkan bahwa investor individu masih menguasai sekitar 70% dari total pasokan Bitcoin yang beredar.
Meskipun saat ini harga Bitcoin sedang mengalami koreksi, banyak analis memperkirakan adanya potensi rebound dalam waktu dekat. Dengan tantangan seperti regulasi dan desentralisasi yang secara bertahap mulai teratasi, Bitcoin masih menawarkan prospek pertumbuhan jangka panjang yang menjanjikan.
Tantangan dalam Skalabilitas
Di tengah meningkatnya adopsi, skalabilitas tetap menjadi salah satu hambatan utama dalam ekosistem Bitcoin. Solusi seperti Lightning Network, yang dirancang untuk memungkinkan transaksi Bitcoin yang cepat dan murah, belum menunjukkan pertumbuhan signifikan. Salah satu alasannya adalah masih rendahnya adopsi oleh pelaku usaha, yang lebih nyaman menggunakan sistem pembayaran tradisional. Selain itu, biaya transaksi Bitcoin yang relatif rendah saat ini mengurangi urgensi penggunaan Lightning Network. Namun, apabila volume transaksi meningkat dan biaya mulai naik, permintaan terhadap solusi seperti Lightning Network diperkirakan akan meningkat pula.
BACA JUGA:Lonjakan Minat Bikin Biaya Transaksi Bitcoin Tembus Rekor 2025
Peran Regulasi dan Keamanan dalam Ekosistem Bitcoin
Kebijakan regulasi memegang peran sentral dalam membentuk masa depan Bitcoin. Beberapa negara, seperti Tiongkok dan Afghanistan, masih melarang penggunaan kripto secara menyeluruh. Namun, tidak sedikit negara yang mengambil pendekatan lebih terbuka terhadap teknologi blockchain.
Sepanjang 2024, tercatat sebanyak 18 negara telah memiliki cadangan Bitcoin, baik melalui aktivitas mining pemerintah, hasil penyitaan, maupun pembelian langsung. Menurut Liputan6, Bhutan menjadi salah satu negara dengan cadangan Bitcoin terbesar, diperoleh bukan melalui penyitaan seperti kebanyakan negara lain, melainkan dari aktivitas penambangan yang didukung sumber energi melimpah.
Evolusi Penyimpanan Bitcoin
Cara penyimpanan Bitcoin juga mengalami transformasi penting dalam beberapa tahun terakhir. Pada periode 2021–2023, sekitar 70% Bitcoin tersimpan di bursa kripto. Namun, pada 2024, proporsinya menurun menjadi 56,6% seiring meningkatnya penggunaan ETF dan platform DeFi sebagai alternatif penyimpanan.
Selain itu, semakin banyak bursa yang menerapkan Proof of Reserves sebagai standar industri untuk meningkatkan transparansi dan mengurangi risiko kehilangan aset akibat peretasan. Hal ini menjadi langkah penting dalam memperkuat kepercayaan pengguna terhadap infrastruktur Bitcoin.