Menyemarakkan Semangat Bandung Bersama Menciptakan Masa Depan Indah
Editor: asifardiansyah
|
Minggu , 13 Apr 2025 - 14:23

Konsul Jenderal Republik Rakyat Tiongkok di Medan Zhang Min--
MEDAN, KORANRADAR.ID Tahun ini menandai peringatan 75 tahun terjalinnya hubungan diplomatik Tiongkok-Indonesia serta peringatan 70 tahun Konferensi Bandung. Selama 75 tahun terakhir, hubungan Tiongkok-Indonesia telah melewati badai dan terus bergerak maju. Khususnya dalam beberapa tahun terakhir, di bawah arahan strategis kedua kepala negara, hubungan Tiongkok-Indonesia terus berjalan pada tingkat tinggi dan memasuki babak baru pembangunan bersama komunitas senasib sepenanggungan. November tahun lalu, atas undangan Presiden Xi Jinping,
Presiden Prabowo melakukan kunjungan kenegaraan ke Tiongkok. Dalam kunjungan tersebut, kedua pihak menandatangani “Pernyataan Bersama RRT dan RI tentang Peningkatan Kemitraan Strategis Komprehensif dan Pembentukan Komunitas Senasib Sepenanggungan Tiongkok-Indonesia”, serta memutuskan untuk melanjutkan persahabatan tradisional, memperdalam kerja sama strategis, membangun hubungan kemitraan strategis yang menyeluruh dengan peran memberi contoh dan memimpin, serta membangun komunitas senasib sepenanggungan Tiongkok-Indonesia yang berpengaruh di tingkat regional dan global.
Kedua pihak akan memanfaatkan peringatan 75 tahun terjalinnya hubungan diplomatik kedua negara sebagai kesempatan untuk memperkuat pertukaran humaniora, memperdalam pembelajaran bersama peradaban, dan meningkatkan persahabatan antarmasyarakat. Kedua belah pihak akan bersama-sama mempromosikan nilai-nilai Asia dengan perdamaian, kerja sama, inklusivitas, dan integrasi sebagai intinya, memberikan konotasi baru pada Lima Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai dan Semangat Bandung, menyuarakan suara keras zaman bagi negara-negara “Global South” untuk bersatu dan memperkuat diri, serta mendorong pembangunan komunitas senasib sepenanggungan umat manusia.
Melihat kembali sejarah: Lima Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai dan Semangat Bandung tetap abadi
Pada tanggal 13 April 1950, Indonesia secara resmi menjalin hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Tiongkok, menjadi salah satu negara pertama yang mengakui negera Tiongkok. Pada tahun 1955, Konferensi Bandung diadakan. Perdana Menteri Zhou Enlai dan Presiden Indonesia Soekarno serta para pemimpin negara Asia dan Afrika lainnya, dengan kebijaksanaan politik yang luar biasa, melampaui perbedaan ideologis di bawah latar belakang Perang Dingin dan bersama-sama menganjurkan Semangat Bandung dengan “persatuan, persahabatan dan kerja sama” sebagai intinya.
Mereka juga membentuk Sepuluh Prinsip Konferensi Bandung yang berdasar pada Lima Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai yang diusulkan oleh Tiongkok. Lima Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai dan prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Semangat Bandung, seperti menghormati kedaulatan, tidak melakukan agresi satu sama lain, dan tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing, bersifat abadi dan masih mempunyai makna nyata yang besar, yang telah menjadi norma-norma dasar hubungan internasional dan prinsip-prinsip dasar hukum internasional yang terbuka, inklusif, dan berlaku universal.
Musim Semi Berbunga dan Musim Gugur Berbuah: 75 tahun pertukaran dan kerjasama telah menghasilkan hasil yang bermanfaat
Selama 75 tahun terakhir sejak terjalinnya hubungan diplomatik, terutama dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok dan Indonesia telah mencapai hasil yang bermanfaat dalam pertukaran dan kerja sama di bidang politik, ekonomi, budaya, multilateral dan lain-lain.
Pertukaran tingkat tinggi sering terjadi dan rasa kepercayaan politik timbal balik terus meningkat. Dalam pertemuan antara Presiden Xi Jinping dan Presiden Prabowo, kedua pihak menegaskan bahwa pola kerja sama “penggerak empat roda” akan ditingkatkan menjadi kerja sama “lima pilar” yang termasuk bidang keamanan didalamnya, dan mencapai konsensus penting tentang pengembangan bersama maritim, yang membawa hubungan kedua negara ke tingkat yang baru.
Kerjasama yang saling menguntungkan semakin dalam dan ikatan ekonomi semakin erat. Pada tahun 2024, total volume perdagangan kedua negara meningkat 5,7%, mencapai 135,1 miliar dolar AS. Tiongkok telah menjadi mitra dagang terbesar Indonesia selama 12 tahun berturut-turut dan telah menjadi salah satu dari tiga sumber investasi terbesar di Indonesia selama 9 tahun berturut-turut. Dorongan baru untuk kerja sama antara kedua negara terus muncul di berbagai bidang seperti infrastruktur, energi baru, dan ekonomi digital. Kedua pihak telah membuat prestasi luar biasa dalam pembangunan bersama “Sabuk dan Jalan”. Kereta Cepat Jakarta-Bandung sebagai proyek kerja sama bilateral terkenal di Indonesia.
Serangkaian proyek pembangkit listrik yang menghasilkan energi bersih, termasuk PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara-PLTS Terapung Cirata, PLTS ground mounted terbesar di Indonesia-PLTS Karawang yang berkapasitas 100 Megawatt (MW), dan PLTA Batang Toru, telah secara efektif mendorong transformasi energi Indonesia dan pengembangan ekonomi hijau.
Pertukaran humaniora berjalan aktif dan landasan opini publik semakin kokoh. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, jumlah wisatawan Tiongkok yang berkunjung ke Indonesia pada tahun 2024 mencapai sekitar 1,5 juta (termasuk Daerah Admnistrasi Khusus Hong Kong dan provinsi Taiwan). Semakin banyak universitas di Tiongkok yang membuka jurusan bahasa Indonesia, dan pengajaran bahasa Mandarin di Indonesia juga sedang berkembang pesat.
Berbagai festival budaya dan pameran seni yang diselenggarakan oleh universitas dan lembaga swadaya masyarakat kedua negara berkembang di mana-mana. Tarian Saman Pulau Sumatera dan pertunjukan Guqin Tiongkok saling memberi sokongan. Pelatih wushu Tiongkok membantu atlet wushu Sumut untuk mencapai prestasi yang lebih baik di Pekan Olahraga Nasional. Kisah persahabatan antara kedua bangsa terus berlanjut.
Koordinasi multilateral yang erat menunjukkan tanggung jawab negara “Global South” yang besar. Selama ini, Tiongkok dan Indonesia telah berkomitmen bersama untuk mendorong kerja sama “Global South”, memperkuat kolaborasi dalam kerangka PBB, APEC, G20, dan organisasi lainnya, dengan tegas menjaga kepentingan negara-negara berkembang, dan menyumbangkan kebijaksanaan Asia bagi perdamaian dan pembangunan dunia. Sejak awal tahun ini, Indonesia menjadi negara Asia Tenggara pertama yang menjadi anggota resmi BRICS dan bergabung dengan New Development Bank, yang semakin meningkatkan “kandungan emas” kerja sama BRICS.
Babak baru di era ini: Menciptakan masa depan yang lebih indah bagi umat manusia
Saat ini, Tiongkok sedang mendorong pembangunan negara kuat dan peremajaan bangsa secara menyeluruh melalui modernisasi ala Tiongkok. Pada tahun 2024, Tiongkok menunjukkan rapor tahunan tentang pembangunan berkualitas tinggi yang menarik perhatian dunia, dengan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 5%, kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global sebesar 30%, nilai tambah manufaktur berteknologi tinggi tumbuh sebesar 8,9%, dan kemajuan terobosan dalam serangkaian bidang mutakhir mulai dari kecerdasan buatan (AI) hingga komputasi kuantum, dari energi baru hingga biomedis.
“Dua Sesi” Tiongkok yang baru saja berakhir, sekali lagi menegaskan bahwa Tiongkok akan terus memperdalam reformasi secara komprehensif, memperluas keterbukaan tingkat tinggi terhadap dunia luar, dan mendorong pembangunan berkualitas tinggi. Berjalan bersama Tiongkok berarti berjalan bersama kesempatan berharga, dan percaya pada Tiongkok berarti percaya pada masa hadapan cerah. Tiongkok akan berbagi peluang dan capaian pembangunan modernisasi ala Tiongkok dengan negara lain di dunia, termasuk Indonesia, dan akan mendorong integrasi mendalam antara modernisasi ala Tiongkok dengan visi “Indonesia Emas 2045”, serta saling membantu dan bersinergi dalam menjajaki jalan pembangunan yang sesuai dengan kondisi negaranya sendiri.
Saat ini, perubahaan dunia yang tidak pernah dilihat dalam satu abad menjadi lebih cepat, dengan pemulihan ekonomi dunia agak lambat, Tata kelola pembangunan global mengalami ketidakseimbangan, unilateralisme dan proteksionisme semakin meningkat, isu-isu panas regional sering timbul, dan tantangan keamanan non-tradisional meningkat.
Menghadapi situasi internasional yang penuh dengan kekacauan, serta tantangan global yang semakin kompleks dan berat, Tiongkok dan Indonesia sebagai negara berkembang, negara pasar berkembang, dan anggota BRICS, memiliki tanggung jawab untuk memperkuat solidaritas dan kerja sama dengan negara-negara “Global South”, bersama-sama menegakkan keadilan dan kesetaraan di tengah kekacauan dan perubahan dunia, mendorong sistem tata kelola global ke arah yang lebih adil dan wajar, berperan sebagai pemimpin kerja sama regional dan pembawa bendera kerja sama Selatan-Selatan, penggerak reformasi tata kelola global, memberikan kontribusi yang lebih besar bagi pembangunan yang damai dan stabil di kawasan Asia-Pasifik, serta menyuntikkan lebih banyak stabilitas dan energi positif ke dalam dunia yang tengah bergejolak.
Tren umum dunia semakin besar dan tak terhentikan. Berdiri pada titik sejarah baru, Tiongkok bersedia bekerja sama dengan Indonesia, berpedoman pada konsensus penting yang dicapai oleh kedua kepala negara, mewarisi dan menyemarakkan Lima Prinsip Hidup Berdampingan secara Damai dan Semangat Bandung, serta menulis babak baru yang lebih gemilang dalam hubungan Tiongkok-Indonesia, kemudian bekerja sama dengan negara-negara “Global South” untuk mendorong pembangunan komunitas senasib sepenanggungan umat manusia dan menciptakan masa depan yang lebih indah bagi umat manusia!