PALEMBANG, KORANRADAR.ID - Berbicara mengenai kaum Tionghoa perantauan, tak pernah bisa dilepaskan dari keberadaan suku Tionghoa Han . Pasalnya, suku ini merupakan etnik suku paling besar di dunia, dengan jumlah populasi mencapai 1,3 milyar jiwa atau 19% dari jumlah total populasi dunia.
“Sekitar 5.000 tahun sebelum masehi, leluhur suku Han, suku Huaxia yang mulai berkembang di perairan Sungai Huanghe (Sungai Kuning), mulai memasuki zaman batu baru (neolitik). Mereka juga beralih dari Matrilineal menjadi Patrilineal,” ujar Sunanto Edy T, seorang peminat budaya Tionghoa.
Sekitar 2.700 tahun sebelum masehi, kelompok suku marga Ji hidup di sekitar daerah Shaanxi, dipimpin seseorang bernama Huangdi (Kaisar Kuning). Mereka berselisih dengan suku marga Jiang yang dipimpin oleh Yandi. Dari perselisihan itu akhirnya timbul perang yang dikenal dengan nama Perang Banquan.
“Huangdi berhasil mengalahkan Yandi, dan kedua kelompok suku akhirnya bergabung menjadi satu, dan menaklukkan berbagai kelompok suku di sekitarnya. Proses penggabungan suku-suku inilah yang merupakan asal-usul pembentukan suku bangsa Huaxia,” kata Sunanto.
Sekitar 2.000 tahun sebelum masehi, terbentuklah Dinasti Xia. Namun tak lama kemudian digantikan oleh Dinasti Shang tahun 1766 sebelum Masehi dan berdirilah Dinasti Zhou tahun 1122 sebelum Masehi.
Sejak Dinasti Zhou berkuasa, berbagai kaum dan suku bangsa mulai bergabung, daerah kekuasaan juga berkembang sampai daerah perairan Sungai Huaihe, Sishui, Changjiang dan Hanshui.
Pada masa ini pembentukan suku Huaxia mulai jelas. Pada masa periode musim semi dan musim gugur (Chunqiu), penggabungan suku Huaxia di pemerintahan Dinasti Zhou terus berlanjut. Orang Qín dan Chu yang pada mulanya ditolak sebagai suku Huaxia juga mulai diterima. Sampai masa periode negara perang (Zhanguo), berbagai negara bangsawan sesama suku Huaxia saling berperang.
“Suku Yi, Man, Rong dan Dí yang mulai masuk daerah pusat Cina mulai berbaur dengan suku Huaxia, dan membentuk struktur suku yang lebih jelas. Dan daerah lingkup suku Huaxia pun berkembang sampai perairan Sungai Liao, daerah Sichuan dan Jiangnan,” jelasnya.
Keberhasilan Kaisar Qín Shi Huiang menyatukan seluruh Cina dan mendirikan Dinasti Qín, dilanjutkan Dinasti Han, dan memerintah Cina sekitar empat abad. Saat itu wilayah kekuasaan Cina sangat besar, dan dengan suku Huaxia, ditambah dengan berbagai suku lain yang ditaklukkan oleh Dinasti Han, digabung dan dibentuk menjadi satu dengan sebutan suku Han.
“Dan mulai zaman Dinasti Jin, penduduk suku Han mulai dipindahkan ke daerah perairan Sungai Changjiang dan Zhujiang serta Cina Tenggara secara besar-besaran,” papar Sunanto.
Sampai masa Dinasti Míng dan Qing, jumlah penduduk suku Han di Selatan malah melampaui penduduk suku Han di Utara. Sejak zaman Dinasti Míng, orang suku Han mulai migrasi ke Asia Tenggara, dan sejak abad ke-19, suku Han juga berhasil mencapai Eropa dan Amerika.
Bahasa suku Tionghua Han yang memakai tulisan Hanzi disebut sebagai Hanyù, yang secara umum dibedakan menjadi 7 logat utama termasuk logat suku Tionghoa di Indonesia seperti Min (Hokkian) dan Kejia (Hakka). Marga suku Han biasanya hanya terdiri dari satu huruf Cina. Makanan pokok orang Han adalah beras dan gandum, serta pandai membuat makanan dari berbagai kacang-kacangan. Teh dan arak adalah minuman tradisional mereka. Pakaian orang Han disebut sebagai Hanfù, yang merupakan sebuah pakaian tradisional paling tua di dunia sejak zaman Kaisar Huangdi sampai sebelum orang suku Manchu memerintah Cina.
“Selama hampir 300 tahun pemerintahan orang Manchu, orang Han menerima dan mengadopsi pakaian orang Manchu, Qipao menjadi salah satu model pakaian orang Han yang sangat populer,” pungkasnya. (era)