Didorong KPR Subsidi dan Korporasi, Kredit BTN Naik 8,02 Persen capai Rp385,59 Triliun
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu--
JAKARTA, KORANRADAR.ID – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mencatat kinerja penyaluran kredit dan pembiayaan yang terus menguat hingga akhir Oktober 2025. Perseroan membukukan pertumbuhan kredit dan pembiayaan sebesar 8,02 persen secara tahunan (year on year/yoy), dari Rp356,96 triliun pada Oktober 2024 menjadi Rp385,59 triliun per Oktober 2025.
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan, kenaikan tersebut menunjukkan bahwa kinerja kredit BTN masih berada di jalur yang tepat, seiring permintaan pembiayaan yang terus meningkat stabil. Pertumbuhan terutama disumbang oleh pembiayaan perumahan tapak menengah ke bawah serta segmen institusi atau korporasi.
“BTN akan menjaga momentum positif ini hingga akhir tahun dengan didukung prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang baik,” ujar Nixon dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (26/11/2025).
Nixon optimistis, hingga tutup tahun 2025, perseroan mampu mencapai target pertumbuhan kredit dan pembiayaan di kisaran 8–10 persen. Optimisme tersebut didasari fokus penyaluran ke sektor perumahan melalui program subsidi pemerintah, antara lain KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) Sejahtera dan Kredit Program Perumahan (KPP).
“Sedangkan, kredit untuk non-perumahan didorong oleh penyaluran ke korporasi yang didominasi sektor real estate, listrik, gas, air dan perdagangan besar,” jelasnya.
Di sisi pendanaan, BTN juga membukukan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang kuat. Hingga akhir Oktober 2025, DPK BTN naik 13,70 persen yoy dari Rp372,10 triliun menjadi Rp423,08 triliun.
Nixon menjelaskan, pertumbuhan DPK tersebut tidak lepas dari peningkatan dana segmen ritel melalui layanan digital super apps Bale by BTN, serta meningkatnya kontribusi segmen institusi terutama skala menengah yang berasal dari sektor perumahan dan sektor-sektor terkait lainnya.
Kinerja positif pada sisi kredit dan DPK turut mendorong kenaikan total aset BTN. Per Oktober 2025, aset perseroan tumbuh 10,79 persen yoy menjadi Rp503,48 triliun, dibandingkan Rp454,44 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari sisi profitabilitas, BTN mencatat laba bersih sebesar Rp2,50 triliun hingga akhir Oktober 2025. Angka ini meningkat 13,72 persen yoy dari Rp2,20 triliun pada Oktober 2024.
Nixon menegaskan, capaian tersebut merupakan buah dari transformasi digital yang terus digencarkan BTN untuk meningkatkan efisiensi operasional sekaligus memperkuat kualitas layanan kepada nasabah. Selain itu, keberhasilan juga ditopang penerapan strategi dan proses bisnis yang konsisten di seluruh lini usaha perseroan.
“Transformasi digital kami jalankan secara menyeluruh, tidak hanya untuk mendorong efisiensi, tetapi juga untuk memastikan proses bisnis lebih efektif, terukur, dan memberikan nilai tambah berkelanjutan bagi nasabah dan pemegang saham,” tegasnya.
Dari sisi aksi korporasi, BTN juga tengah melakukan langkah strategis pemisahan (spin-off) unit usaha syariah (UUS) untuk digabungkan ke bank umum syariah yang baru, yakni PT Bank Syariah Nasional (BSN), setelah mendapatkan persetujuan pemegang saham.
Nixon mengungkapkan, bisnis syariah yang sedang dipisahkan tersebut diharapkan dapat mulai beroperasi pada Desember 2025. Kehadiran BSN diharapkan semakin memperkuat kontribusi BTN dalam mendorong pertumbuhan industri perbankan syariah nasional serta memperluas akses layanan keuangan syariah bagi masyarakat.