“Kami awalnya tidak terlalu memahami dunia UMKM. Tapi sejak ikut kelas-kelas di Rumah BUMN, kami mendapat pengetahuan lebih soal business matching, pencatatan keuangan, efisiensi produk hingga pembelajaran soal bisnis model canvas. Jadi, kami melihat bisnis itu bukan hanya soal produksi dan jualan, tapi juga soal survive,” kata Thio.
BACA JUGA:OJK Bersama SICANTIKS Ajak Ibu-Ibu dan Pelaku UMKM Melek Teknologi
BACA JUGA:Wagub Cik Ujang Resmikan Bazar Jajan Bukoan, Bersama ICSB Libatkan Puluhan UMKM di Palembang
Tak berhenti di situ, sejak beberapa waktu ke belakang, Craftote juga aktif mengikuti berbagai program pengembangan UMKM yang diselenggarakan BRI, seperti BRI UMKM EXPO(RT) 2025 hingga BRI Incubator.
Lewat program-program ini, mereka tidak hanya mendapat akses pasar yang lebih luas, tetapi juga dibekali keterampilan strategis untuk mengelola usaha dan siap bersaing di pasar ekspor.
Berbekal amunisi tersebut, Craftote kian percaya diri dan mulai menargetkan pasar Eropa, sebagai langkah ekspansi bisnis selanjutnya. Meski demikian, bagi Thio dan tim, kesuksesan bisnis bukanlah satu-satunya tujuan.
Di balik upaya ekspansi, Craftote juga terus menjaga komitmennya terhadap kontribusi sosial. Mereka secara aktif memberdayakan anak-anak panti asuhan serta pemuda pemudi dari NTT yang memiliki keterbatasan akses terhadap pendidikan formal, melalui pelatihan barista dan pengembangan keterampilan dasar kewirausahaan.
“Bagi Craftote, pertumbuhan usaha sepatutnya berjalan seiring dengan kontribusi sosial yang nyata, memberi ruang bagi lebih banyak individu untuk berkembang bersama,” tegas Thio. (tim)