KORAN RADAR ID– Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menegaskan bahwa aktivitas ekspor minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dari Indonesia tetap berjalan normal.
Meski sebelumnya sempat dikhawatirkan terdampak oleh konflik geopolitik antara Iran dan Israel yang kini mulai mereda.
Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono, mengungkapkan bahwa hingga akhir Juni 2025, belum terlihat adanya gangguan terhadap proses ekspor CPO nasional. “Sampai dengan saat ini ekspor belum terganggu,” ujarnya saat dikonfirmasi, Rabu (25/6/2025).
Sebelumnya, kekhawatiran mencuat bahwa ketegangan di Timur Tengah tersebut dapat memicu penurunan permintaan dari negara-negara tujuan ekspor, yang pada akhirnya berdampak pada turunnya volume pengiriman CPO dan produk turunannya dari Indonesia.
BACA JUGA:Gapki -SPKS Jalin Kerjasama Dukung Penuh Pemberdayaan Petani Sawit
Data GAPKI mencatat, ekspor CPO dan produk olahannya pada April 2025 mengalami penurunan signifikan sebesar 39%, hanya mencapai 1,77 juta ton. Padahal, pada bulan Maret 2025, volume ekspor masih berada di angka 2,87 juta ton.
Penurunan paling tajam tercatat pada ekspor produk olahan minyak sawit, yang hanya menyentuh angka 1,24 juta ton, turun 41% dari bulan sebelumnya yang masih berada di 2,12 juta ton. Selain itu, ekspor produk oleokimia juga mengalami penurunan dari 407 ribu ton menjadi 368 ribu ton pada periode yang sama.
Meski ekspor mengalami tekanan, produksi dalam negeri justru menunjukkan tren positif. Sepanjang Januari hingga April 2025, total produksi minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) tercatat mencapai 18,03 juta ton. Angka ini naik 0,85% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024.
Di sisi lain, harga CPO global juga mengalami tekanan. Pada perdagangan Selasa (24/6), harga CPO di Bursa Malaysia untuk kontrak pengiriman September ditutup melemah hingga 3,39% ke level MYR3.986 per ton. Ini menjadi posisi terendah sejak 13 Juni 2025 dan mencatatkan koreksi harian terdalam sejak 4 April 2!025.