Mengenal Tari Naga (Liong): Simbol Keberuntungan dan Kekuatan dalam Budaya Tionghoa

TARIAN NAGA--
KORANRADAR.ID- Tari Naga, atau yang dikenal juga sebagai Liong di Indonesia, adalah salah satu pertunjukan tradisional yang sangat populer dalam kebudayaan Tionghoa. Mirip dengan Tari Singa (Barongsai), tarian ini sering menjadi sorotan utama dalam berbagai perayaan, khususnya saat Tahun Baru Imlek. Bagi masyarakat Tionghoa, naga adalah simbol identitas yang kuat, bahkan sering disebut sebagai "Keturunan Naga".
Pertunjukan Megah Penuh Makna
Dalam pertunjukannya, sebuah tim terdiri dari belasan penari mengusung naga raksasa menggunakan tongkat-tongkat khusus. Penari terdepan memiliki peran krusial dalam mengendalikan kepala naga, menggerakkan, menganggukkan, menyorongkan, dan mengibaskan kepala tersebut sesuai irama tarian. Kadang, kepala naga bahkan bisa mengeluarkan asap, menambah kesan dramatis pada pertunjukan.
Para penari akan menirukan gerakan berkelok dan berombak yang khas dari naga. Gerakan ini secara tradisional melambangkan kekuatan luar biasa dan martabat tinggi yang melekat pada naga. Tak heran, Tari Naga menjadi daya tarik utama dalam perayaan Imlek di seluruh Pecinan dunia.
Filosofi Naga: Keberuntungan dan Kekuasaan
Naga dipercaya membawa keberuntungan, kekuatan, martabat, kesuburan, kebijaksanaan, dan kemakmuran bagi masyarakat. Meskipun terlihat gagah berani, naga juga memiliki watak penuh kebajikan. Ciri-ciri inilah yang menjadikannya lambang kekuasaan kekaisaran di masa lalu.
BACA JUGA:Buddhayana 5K Run: Rayakan HUT ke-70 MBI dan Pererat Silaturahmi di Palembang
Sejarah Panjang Tari Naga
Tari Naga berawal dari Dinasti Han (180-230 SM), yang muncul dari kepercayaan dan penghormatan besar masyarakat Tiongkok terhadap naga. Awalnya, tarian ini merupakan bagian dari ritual pertanian dan panen, serta metode penyembuhan penyakit. Tarian ini semakin populer pada Dinasti Song (960-1279 M), menjadi bagian integral dari kebudayaan rakyat dan sering tampil dalam perayaan meriah, sama seperti Barongsai.
Wujud Fantastis dan Kemampuan Multifungsi
Wujud naga dalam budaya Tiongkok merupakan gabungan fantastis dari berbagai hewan: tanduk rusa jantan, telinga banteng, mata kelinci, cakar harimau, dan sisik ikan, semuanya melengkapi tubuhnya yang menyerupai ular raksasa. Dengan ciri-ciri ini, naga dipercaya sebagai makhluk amfibi yang mampu bergerak di darat, terbang di udara, dan berenang di laut, menjadikannya penguasa langit dan hujan.
BACA JUGA:Dewi Nuwa: Dulu Dikira Sekadar Dongeng, Ternyata Simbol Pengorbanan dan Kasih Sayang Tak Berbalas
Para kaisar Tiongkok kuno menganggap diri mereka sebagai titisan naga, sehingga naga menjadi lambang kekuasaan kekaisaran, melambangkan kekuatan magis, kebaikan, kesuburan, kewaspadaan, dan harga diri. Saat ini, Tari Naga telah menjadi karya penting dalam kebudayaan Tiongkok yang tersebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pertunjukan seni ini melambangkan kedatangan keberuntungan dan kemakmuran bagi semua di tahun yang akan datang.