Menurut sejarah, kain songket muncul di masa Kerajaan Sriwijaya di Palembang, pada abad ke-7 hingga abad ke-13. Awal mula kain songket berasal dari pedagang Cina yang membawa sutra, pedagang India dan timur tengah membawa emas, kemudian jadilah kain songket yang berlapis emas di tangan orang Palembang.
Keunikannya, penenun di kota palembang didominasi oleh laki-laki, sedangkan di Malaysia didominasi oleh perempuan.
Dalam perjalanannya yang cukup panjang, songket menyebar ke Thailand, dan meluas ke beberapa negara bagian di Semenanjung Malaysia, seperti Selangor, Kelantan, dan Trengganu, bahkan Brunei Darussalam hingga menyeberang ke Sumatera.
BACA JUGA:Dosen UBD Jadi Pembicara Utama di INTI IU Malaysia
Karena kesamaan budaya dan sejarah inilah, Universitas Bina Darma dan Univesiti Malaya membuat penelitian bersama mengenai songket. Kesamaan tersebut dilihat dari sudut pandang ilmu sosial, komunikasi dan gender.
Dalam join research ini, penelitian dibuat dalam bentuk paper dan dipresentasikan pada kegiatan Persidangan Antar Bangsa Sejarah dan Warisan Budaya di Alam Melayu (PASWAM).PASWAN merupakan kegiatan tahunan Universiti Malaya bagi pembentangan artikel yang lolos seleksi sebelumnya.
Dalam persidangan ini, Dr. Rahma Santhi Zinaida memaparkan hasil penelitian bersama Indonesia-Malaysia ini yang selanjutnya akan diteruskan kembali penelitiannya dengan harapan hasil luaran jurnal internasional dan buku.
Kerja sama join research antara UBD dan Universiti Malaya ini akan dilanjutkan dalam satu tahun ke depan di mana masing-masing peneliti akan memfokuskan pada kajian gender pada penenun songket.
Join research berskala internasional merupakan salah satu upaya pascasarjana Universitas Bna Darma untuk meningkatkan research level internasional menuju Universitas Bina Darma Unggul.