Perempuan Penjaga Hutan Bangkit, PINUS Sumsel Fasilitasi FP3HI di 8 Kabupaten

Tesa Pranisti, salah satu dari delapan pengusaha kopi dari Desa Kota Padang Semende, mengikuti seminar mengusung tema “Perempuan dan Generasi Muda Penjaga Hutan", Sinergi Multipihak untuk Perhutanan yang Inklusif dan Responsif Gender di Sumatera Selatan-Henny/Radar Palembang -

PALEMBANG,KORANRADAR.ID – Peran perempuan dalam menjaga kelestarian hutan terus menguat di Sumatera Selatan. Melalui fasilitasi Pilar Nusantara (PINUS) Sumsel, Forum Perempuan Pengelola dan Penjaga Hutan Indonesia (FP3HI) berhasil menghimpun sekitar 80 petani dan pelaku usaha kopi dari delapan kabupaten untuk memperkuat kapasitas dan jejaring dalam perhutanan sosial.

Kegiatan ini mengusung tema “Perempuan dan Generasi Muda Penjaga Hutan: Menguatkan Kelembagaan, Kepemimpinan, dan Sinergi Multipihak untuk Perhutanan yang Inklusif dan Responsif Gender di Sumatera Selatan.”

Direktur PINUS Sumsel, Yunita Sari, menjelaskan bahwa pihaknya sejak awal mendampingi para perempuan penjaga hutan di wilayah Semende, Kabupaten Muara Enim. “Kami mendampingi sebelas desa dengan melibatkan 182 perempuan yang membentuk kelompok usaha berbasis sosial. Kini pendampingan itu kami perluas ke delapan kabupaten lainnya,” jelasnya.

Delapan kabupaten tersebut meliputi Muara Enim, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, Pagaralam, Empat Lawang, dan Ogan Komering Ulu (OKU).

BACA JUGA:Edukasi Pentingnya Literasi Keuangan (OJK, BI dan KP2MI) Bagi Perempuan Hebat Pekerja Migran Indonesia

BACA JUGA:Dorong Ekspor Kopi Sumsel, OJK dan Pemprov Perkuat Sinergi Pembiayaan Produktif Berbasis Inklusi Keuangan

Yunita menegaskan bahwa masih banyak kelompok perhutanan sosial yang dikelola sepenuhnya oleh laki-laki, baik di struktur pengurus maupun kelompok usaha. “Padahal, perempuan juga memiliki peran penting dalam pengelolaan hutan dan ekonomi keluarga. Karena itu, kami mendorong mereka untuk terlibat aktif dalam kelembagaan perhutanan sosial,” ujarnya.

Upaya PINUS Sumsel ini turut dirasakan manfaatnya oleh para pelaku usaha kopi. Salah satunya disampaikan oleh Tesa Pranisti, pengusaha kopi asal Desa Kota Padang, Semende.

Ia mengaku bahwa pendampingan yang diberikan telah membantu para petani memahami nilai tambah dari produk mereka.

“Dulu kami hanya menjual kopi mentah setelah dijemur. Sekarang kami bisa membuat produk turunan seperti lilin aromaterapi, parfum mobil, hingga pengharum ruangan. Ini membuka peluang ekonomi baru bagi perempuan di desa,” ungkapnya.

BACA JUGA:Rantai Pasok Kopi Sumsel Disempurnakan

BACA JUGA:OKU Selatan, Sang Lumbung Kopi Sumsel: Menjelajahi Produsen Kopi Terbesar di Sumatera Selatan

Gerakan ini diharapkan menjadi momentum kebangkitan perempuan penjaga hutan di Sumsel, sekaligus memperkuat keberlanjutan perhutanan sosial yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga berkeadilan gender.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan