Dari Jelantah Jadi Tenaga Nusantara: UCOllect Box Pertamina Plaju Ubah Limbah Dapur Jadi Bahan Bakar Pesawat

Fasilitas UCOllect Box tersedia di Komperta Kilang Pertamina Plaju dan Komperta Sungai Gerong,titik pengumpulan minyak jelantah di Sumatera. Tepatnya berlokasi di toko swalayan Coopmart, Jalan Antara No. 292, Kelurahan Komperta, Kecamatan Plaju, Kota Pale--
PALEMBANG, KORANRADAR.ID – Di banyak dapur rumah tangga Indonesia, minyak jelantah kerap dianggap tak lebih dari limbah tak berguna. Setelah berkali-kali dipakai menggoreng lauk, ia berubah warna, berbau tengik, lalu berakhir di saluran pembuangan atau dituang ke tanah belakang rumah. Tak banyak yang sadar bahwa kebiasaan sederhana ini menyisakan masalah besar: pencemaran lingkungan, penyumbatan aliran air, hingga potensi gangguan kesehatan jika dikonsumsi ulang.
Namun di Palembang, tepatnya di kawasan Komperta Kilang Pertamina Plaju, paradigma itu sedang diubah secara nyata. Limbah dapur bukan lagi masalah telah menjadi energi. Setiap tetes minyak jelantah kini memiliki nilai baru: menjadi bahan bakar pesawat, menggantikan avtur fosil yang selama ini mendominasi industri penerbangan.
Semua itu dimulai dari sebuah kotak sederhana bernama UCOllect Box.
Sebuah Kotak Kecil, Mimpi Besar
UCOllect Box adalah wadah pengumpulan minyak jelantah yang disediakan Pertamina di titik publik strategis. Di Komperta Plaju dan Komperta Sungai Gerong tepatnya di Coopmart Jalan Antara No. 292, Plaju masyarakat bisa membawa minyak bekas gorengannya untuk disetorkan.
Sejak mulai beroperasi pada Februari 2025, program ini langsung menunjukkan hasil signifikan. Hingga September 2025, tercatat 1.547 liter minyak jelantah telah terkumpul, atau rata-rata 175 liter per bulan. Angka ini bukan sekadar statistik, bukti bahwa masyarakat bukan hanya objek, tapi subjek utama dalam transisi energi nasional.
Data dari Environment-HSSE Kilang Pertamina Plaju menunjukkan bahwa minyak jelantah tersebut tidak dibiarkan mengendap dalam kontainer. Ia diolah menjadi Sustainable Aviation Fuel (SAF) bahan bakar alternatif untuk pesawat yang mampu menekan emisi karbon hingga 84 persen dibandingkan avtur konvensional.
Pada Agustus lalu, Pertamina resmi mengumumkan keberhasilan memproduksi SAF pertama di Indonesia dan Asia Tenggara melalui Refinery Unit IV Cilacap. Dengan demikian, alur baru energi terbarukan resmi terbangun: dari dapur warga - ke kilang - ke langit Nusantara.
Pahlawan Energi dari Dapur Komunal
Di balik ratusan liter minyak jelantah itu, ada sosok-sosok sederhana yang perannya tak boleh dilupakan. Salah satunya adalah Yetti Andriati Cahyani (39), pengurus Dapur Koperasi Wanita Petra (KWP) di Komperta Plaju.
Setiap hari, dapurnya memasak untuk memenuhi kebutuhan konsumsi para pekerja. Dengan standar kebersihan yang ketat, minyak goreng tak pernah dipakai lebih dari sekali.
“Begitu selesai memasak, minyak langsung kami ganti. Yang lama kami tampung, lalu setiap minggu kami setor ke UCOllect Box,” tutur Yetti. Dalam sehari, 5 hingga 10 liter minyak bekas bisa terkumpul hanya dari dapurnya.
Yetti bukan ilmuwan, bukan aktivis lingkungan, bukan pula pejabat perusahaan. Namun tanpa disadari, ia telah menjadi bagian dari rantai pasok bahan bakar pesawat paling bersih di masa depan. Ia adalah pahlawan energi sunyi.
Kolaborasi Warga dan Perusahaan: Jalan Baru Transisi Energi