Hal senada disampaikan I Gede Aditya Ketua Kesatauan Mahasiswa Hindu Darma Indonesia Sumsel (KMHDI Sumsel . Yang pada dasarnya kami sangat mengapresiasi kegiatan ini, kegiatan seperti ini harus dilanjutkan terkhusus untuk anak-anak muda ataupun orang tua bersinergi dari pemerintah.
“Khususnya Polri menyediakan tempat untuk kita bahwasanya menyatukan pendapat ataupun opini seperti kegiatan ini, namun pada hakekatnya bahwa perbedaan itu menjadi suatu alasan bahwa kita bisa bersatu
Melihat kerukunan rumah beragama di Palembang kalau secara pribadi dan organisasi bahkan kalau di Palembang ada Pura bahkan tempat ibadah yang lainnya seperti klenteng, gereja dan masjid bahkan kalau bisa diambil contoh di Jakabaring kita ada namanya tempat ibadah yang berbaris,” iya. itu dikatakan bahwa simbol dari tempat ibadah bisa berdampingan artinya di Palembang ataupun di Sumatera Selatan, saya rasa sudah aman untuk toleransi.
“Secara umum cukup kita memahami empat (4) pilar kebangsaan yang pertama yaitu dari Pancasila bahwa pada sila pertama itu adalah ketuhanan yang maha esa, Jadi sebenarnya Tuhan hanya satu cara dan tujuannya tentu mungkin yang berbeda, kedua ada yang namanya undang-undang Dasar ada juga Bhinneka Tunggal Ika dan ada yang namanya NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia,”tambahnya.
“Cukup 4 pilar itu di aplikasikan sudah menjadi contoh dan menjadi visi misi bahwa kita perbedaan itu bisa disatukan,” pungkasnya. (zar)