LAHAT, KORANRADAR.ID - Cuaca dingin bercampur kabut tipis meliputi Desa Singapure, Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Lahat. Sinar mentari tak begitu cerah, namun panasnya masih mampu ditangkap dan dikonversi menjadi energi listrik oleh solar panel berkapasitas 2,2 Kilowatt peak (kWp), yang terpasang di atas gedung PAUD Anggrek.
Semerbak aroma kopi menelusup masuk ke hidung, terbawa udara sejuk di kantor Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Singapure. Dalam ruangan petak berukuran 4x6 meter itu, sekelompok ibu-ibu tengah melakukan proses roasting biji kopi petik merah,
Proses sangrai biji kopi mentah untuk menghasilkan biji kopi matang (roast bean), yang bertujuan untuk mengeluarkan aroma dan rasa yang terkunci di dalam biji kopi. Sebagian lainnya, tengah sibuk mengemas kopi yang telah dipanggang, masing-masing dengan berat 150 gram per kemasan.
Selain itu, kopi yang disangrai dengan mesin, suhu selama pemanggangannya konsisten, tidak seperti roasting manual yang suhunya berubah-ubah. Hasil roasting kopi secara manual pun biasanya tidak matang utuh, dan masih mentah di dalamnya.
Mesin roasting berkapasitas 2 kg itu mengonsumsi listrik bertegangan 220v. Perhitungan Lina, operasional BUMDes ditakar menghemat 150 ribu rupiah perbulan dengan listrik yang disuplai dari tenaga matahari itu.
“Umpamanya, pengeluaran membayar listrik 150 ribu sebulan, tapi karena kita pakai PLTS, jadi bebas biaya listriknya, paling-paling menghitung biaya gas LPG, atau ganti pipa cerobong mesin roasting secara rutin, jadi paling disitu saja pengeluarannya,” kata Lina.
PLTS itu mendukung aktivitas belajar 30 anak didik di dua ruang kelas sekolah dini itu. Pengakuan guru PAUD, tidak pernah ada gangguan listrik selama proses belajar mengajar, yang sehari-harinya menggunakan laptop, atau kadang-kadang sound system untuk senam setiap jumat pagi.
Selain PAUD, listrik dengan energi baru terbarukan itu juga mendukung pelayanan untuk masyarakat yang hendak mengurus berbagai pelayanan administratif di kantor desa, sebagaimana diungkapkan Victor Rogo, Sekretaris Desa.
“Pelayanan administrasi desa murni sudah menggunakan listrik dari PLTS semua,” kata dia.
Bahkan, listrik tersebut juga digunakan untuk aktivitas posyandu dan aktivitas lain seperti pertukangan hingga sedot air. Posyandu yang terletak tak jauh dari kantor desa, juga disambung listrik dari PLTS ini.
Masih banyaknya potensi elektrifikasi dari PLTS tersebut, memungkinkan untuk dioptimalkan untuk mendukung berbagai aktivitas pemerintahan dan bisnis BUMDes yang lainnya. “Rencananya, kita ingin membangun solar dryer dome, untuk tempat menjemur biji kopi, dan ini membutuhkan listrik untuk blower, agar suhu di dalam dome tetap stabil,” tambah Victor.
Selain itu Pemdes juga BUMDes juga berencana menambah alat produksi seperti mesin pengemas, pengukur suhu, alat timbang elektrik, dan lain-lainnya. “Itu kan semuanya butuh listrik semua, dan kita akan optimalkan juga untuk aktivitas-aktivitas lainnya nanti,” kata dia.
PLTS di Desa Singapure ini terpasang semenjak 2023, atas dukungan PT Pertamina (Persero) melalui program Desa Energi Berdikari (DEB).
PLTS ini tidak hanya mengurangi emisi hingga 2.730 kg CO2 eq, tetapi juga menghemat biaya listrik hingga Rp 4 juta per tahun. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam akselerasi transisi Energi Terbarukan yang merata dengan mengoptimalkan sumber daya energi lokal.
Sebelumnya, program DEB juga telah menerangi rumah 21 keluarga di Dusun Selpah, yang berjarak satu jam dari kantor desa, dan berpuluh tahun dialiri listrik negara. Tempatnya yang terpencil dan terletak di atas bukit, serta akses yang sulit, hanya memungkinkan dua dusun di Singapure itu dilalui dengan kendaraan roda dua.