Sembahyang Rebutan 2024 di Kelenteng Wie Ceng Keng Dimulai

Hasyim Ketua Kelenteng Wie Ceng Keng didampingi Giok In Bendahara, Ketua Locu Aji Burhan dan para locu lainnya--

PALEMBANG, KORAN RADAR. ID - Sembahyang rebutan atau Ulambana di Kelenteng Wie Ceng Keng di Jalan Tembok Baru 14 Uu Palembang  di mulai dengan digelarnya sembahyang pembuka pintu neraka  Sabtu 3 Agustus 2024 atau  tanggal 29 bulan 6  penanggalan lunar. 
Hasyim Ketua Kelenteng Wie Ceng Keng didampingi Giok In Bendahara dan Ketua Locu Aji Burhan mengatakan, ritual diawali dengan sembahyang altar pada pukul 11.00 wib kemudian pada pukul 14.00 wib digelar ritual pembuka pintu neraka. 
"Untuk di kelenteng Wie Ceng Keng sembahyang rebutannya diikuti oleh 50 Locu, " katanya
Menurut Hasyim, setelah sembahyang pembuka pintu neraka pada 29 Agustus 2024  digelar sembahyang rebutan.
"Kemudian dan pada 1 September 2024 digelar sembahyang penutupan, " katanya.
Hasyim juga mengatakan, kalau sembahyang rebutan  merupakan sebuah tradisi yang dilakukan orang Tionghoa setiap  bulan 7 pada penanggalan Tionghoa. Tradisi ini juga disebut sebagai Festival Hantu Kelaparan.  
Pada bulan tersebut, masyarakat Tionghoa percaya bahwa pintu alam baka terbuka dan para hantu dapat berkelana dengan bebas di dunia manusia selama satu bulan penuh. " Pada bulan ke-7 ini, masayarakat Tionghoa merasa harus lebih hati-hati dan selektif dalam melakukan aktivitas. Mereka menghindari kegiatan semacam membuka usaha baru, menikah, atau bepergian jauh, "katanya.
Pada pertengahan bulan hantu ini, warga Tionghoa akan mengadakan perayaan dan persembahyangan sebagai bentuk penghormatan kepada para hantu. Ritual ini disebut juga dengan sembahyang rebutan atau cioko.
Hasyim juga menceritakan tentan Sejarah sembahyang rebutan atau Festival Cioko. Festival Cioko dulunya merupakan tradisi masyarakat agraris. Perayaan tradisi ini berlangsung sebelum masa panen yang jatuh di musim gugur.
Para petani melakukan tradisi ini untuk memberikan penghormatan pada para leluhur dan dewa-dewa agar musim panen mereka diberkati. Perayaan puncak Festival Cioko Secara harfiah, cioko berarti menjarah dari altar. Saat tradisi ini berlangsung, orang Tionghoa akan mengadakan persembahyangan di depan altar dengan sajian lengkap. Sajian tersebut berisi buah-buahan, kue, minuman, dan bermacam-macam masakan. Tradisi ini diadakan untuk mempersembahkan segara keperluan arwah. Bagi masyarakat China, perayaan ini disebut juga dengan nama Cit Gwee Poa. 
Sementara itu, tampak juga hadir dalam ritual tersebu ketua Walubi Sumsel TjikHarun SE SHMH dan Penyelenggara Agama Buddha Kota Del Serdang  Rames Khumar S Ag, M, Pd.
 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan