Hajiratun Thoyiba, Owner Metasari: Selalu Hormati Orang Tua
Hajiratun Thoyiba, Owner Metasari--
Cukup lama Hajir mengajar di sana, kalau dihitung-hitung ada sekitar 24 tahun, 1988 sampai 2012. Lantas kapan Hajir memutuskan beriwrausaha?
“Sebenarnya keinginan wirausaha itu sudah muncul menjelang masa pensiun saya. Dulu teman-teman di kantor selalu membicarakan mau apa setelah pensiun. Banyak juga yang kepingin buka usaha. Tapi usahanya apa, belum tahu,” cetusnya.
Awalnya, Hajir belum ada keinginan untuk membuka usaha catering. Hasrat membuka usaha rumahan ini muncul setelah kakak iparnya datang ke kediamannya Jl Tanjung Harapan.
BACA JUGA:Harnojoyo : Modal Politik Adalah Kepercayaan
Rumahnya yang memiliki halaman cukup luas sekitar 400 meter persegi, sangat sayang jika tidak dimanfaatkan dan menjadi lahan tidur.
“Mengapa tidak dibuka usaha catering,” ujar kakak ipar Hajir yang kala itu juga sudah memiliki usaha serupa di kediamannya di Tangerang.
“Saya waktu itu tanya, usaha katering itu butuh berapa modal? Kakak berkata, kalau modalnya hanya pisau dan kompor,” ungkap Hajir.
Dia berpikir usul ini ada benarnya, apalagi selama ini Hajir juga rajin mengumpulkan peralatan makan dan rumah tangga hasil arisannya bersama ibu-ibu.
Tahun 2001, Hajir memulai usaha cateringnya, yang diberi nama Metasari. Nama ini diambil dari nama anak bungsunya, Meta Sakinah.
BACA JUGA:Hotel Manager Cordela Inn Palembang, Feby Valentin: Totalitas Kunci Meraih Kesuksesan
“Metasari itu perpaduan antara ketiga anak saya, dengan nama si bungsu di awalnya Meta, sedangkan Sari-nya saya ambil dari dua anak yang lain,” kata ibu tiga anak ini.
Hajir diajari memasak oleh kakak iparnya itu. Walaupun bakat memasak sudah tertanam di dirinya, apalagi semasa tinggal di Thailand dua tahun dia banyak belajar aneka masakan.
“Saya dari kecil memang terbiasa untuk bekerja keras. Saudara-saudara banyak, saya ada enam bersaudara. Sementara penghasilan orang tua juga pas-pasan.
Bapak saya dulu sudah menanamkan kepada kami anak-anaknya, bahwa dalam hidup harus bekerja. Tidak ada warisan harta yang akan diberikan orang tua. Jika ingin makan harus cari sendiri,” ujarnya.
Berbekal modal itulah, tanggal 28 Desember 2001, tepat di hari ulang tahunnya, Hajir membuka usahanya. Di awal 2002, dia langsung dapat order 209 piring. Kemudian, rejeki tak kemana, order terus berdatangan, untuk acara wisuda, rapat, dan lain-lain.