Perayaan Ceng Beng, Diprediksi Dongkrak Kunjungan Wisatawan ke Palembang

Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang, Kgs. Sulaiman Amin--

Mereka datang untuk membersihkan makam-makam itu dari semak belukar, dari sinilah maka Ceng Beng berarti Bersih dan Terang, mengacu kepada makam leluhur yang dibersihkan. “Setelah makam bersih, mereka melakukan tradisi ”Tee Coa” dengan ”Ko-Coa,” yaitu melempar kertas emas atau perak (Gin Cua/Kim Cua) untuk menandai makam keluarga mereka,” katanya.

“Ada banyak cerita berkenaan dengan latar belakang munculnya tradisi Ceng Beng, yang pada intinya semua cerita ini mengajarkan kepada kita untuk memiliki bakti kepada kedua orang tua kita dan para leluhur. Mengingat jasa-jasa mereka amat sangat besar kepada kita, anak-anaknya,” pungkasnya

 

Setelah Ceng Beng, Ketiganya adalah  Festival Musim Panas, jatuh setiap tanggal 5 bulan 5 (Go Gwee) menurut penanggalan Imlek. Keempat, Festival Musim Gugur, jatuh setiap tanggal 15 bulan 8 (Pe Gwee) menurut penanggalan Imlek. Kelima Festival Musim Dingin, jatuh setiap tanggal 22 Desember menurut penanggalan Masehi.

“Setiap festival memiliki makna, ciri khas, maksud dan tujuan tersendiri. Di samping itu, setiap festival juga memiliki makanan khas tersendiri pula. Imlek memiliki makan khas Kue Keranjang, Ceng Beng memiliki makanan Ketupat Opor Ayam, Musim Panas (Peh Cun, Indonesia) memiliki makan Bakcang dan Kue Cang, Musim Gugur (Tiongchiu) memiliki makanan Kue Bulan, dan Musim Dingin (Tangche) memiliki makanan Wedang Onde,”ujarnya. (sep)

 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan