Tantangan Pertumbuhan Ekonomi 2024, Skenario Pemilu 2 Putaran Terhadap IHSG

Head of Institutional Research Sinarmas Sekuritas Isfhan Helmy menuturkan PDB sesuai dengan ekspektasi pihaknya--

Pertumbuhan PDB di tahun 2023 sudah melambat jauh dari 5,3% pada 2022 karena pertumbuhan ekspor yang lebih lemah, hanya naik 1,3% tahun lalu, turun tajam dari 16,2% pada 2022.

BACA JUGA:IHSG Ditutup Melemah Ikuti Bursa Saham Kawasan Asia

Sementara, konsumsi rumah tangga naik 4,8% tahun lalu dibandingkan dengan 4,94% pada 2022. Harga komoditas turun tahun lalu setelah melonjak pada 2022, menyebabkan komoditas ekspor utama, seperti batubara, kelapa sawit, dan nikel, memiliki nilai yang lebih rendah. 

“Untuk 2024F, kami sekarang memperkirakan kontribusi saldo eksternal negatif terhadap PDB, karena prospek neraca perdagangan tampak lebih suram tahun ini. Ekonomi global yang lemah juga dapat membuat pengiriman ekspor tetap lesu.

Selain itu resiko terhadap ekonomi tetap ada karena inflasi pangan meningkat pada Januari sementara rupiah yang volatil mungkin membuat Bank Indonesia berhati-hati untuk melakukan pemotongan suku bunga di 1H24, dengan probabilitas pemangkasan suku bunga lebih tinggi pada 2H24.

Secara overall kami perkirakan pertumbuhan PDB sebesar 4.9% di tahun 2024F, ditopang pertumbuhan 'Domestic Demand' sebesar 5%, namun akan tergerus kontribusi negatif dari faktor 'external balance' yang membuat pertumbuhan PDB secara overall sedikit lebih rendah,” tutur Ishfan.

BACA JUGA:2023, Ekonomi Sumsel Tumbuh 5,08 Persen

Pasar saham mungkin akan merespon pelemahan PDB hanya dalam jangka pendek, karena pergerakan IHSG akan lebih berpengaruh pada sentimen Pemilu, dimana jika akan berlangsung dua putaran maka ketidakpastian akan membuat dana asing keluar dari pasar saham.

Hal ini pernah terjadi pada tahun 2004, dimana dalam kurun waktu antara dua bulan setelah hasil pemilu putaran pertama ditetapkan, IHSG tercatat turun hingga 18%.

Namun, keadaan berbalik sejak pemilu putaran kedua dilaksanakan pada 20 September 2004, dimana IHSG berhasil mencatatkan rally sebesar 22%. 

“Jika skenario dua putaran terjadi lagi pada pemilu 2024, maka kami perkirakan tekanan jual akan terjadi di pasar saham dan membuat IHSG turun hingga dibawah level 7,000.

Namun, ini hanya akan berlangsung hingga bulan May, dimana pasar saham akan berbalik arah menjelang dilaksanakan nya Pemilu putaran kedua pada 26 Juni 2024.

BACA JUGA:OJK Terbitkan Dua Aturan Baru Perkuat Industri BPR

Hal ini akan sangat didukung jika elektabilitas salah satu capres unggul jauh, sehingga indikasi pemenang pemilu sudah dapat tergambarkan.

Jika ini terjadi dan pemenang pemilu sesuai ekspektasi pasar maka IHSG akan mampu tutup tahun di level 7,800,” pungkas Ishfan.

Tag
Share