Kilin, Dianggap Bisa Berikan Keturunan

--

JAKARTA, KORANRADAR.ID - MAKHLUK ketiga dari empat makhluk mistik Tionghoa adalah Qílín. Banyak sebutan untuk Qílín dalam bahasa lain yaitu Kylin, Ch’ilin (wade-gelis), Kirin dalam bahasa Jepang, Girin (Korea) Keilun (Kantonis), Sabitun (Manchu), K’lân (Vietnam) atau Kilen (Thailand).

“Selain Qílín, binatang lainnya adalah fenghuang phoenix, naga dan kura-kura. Semua binatang tersebut bermakna sebagai lambang dan pertanda baik yang membawa ruì yakni ketenangan atau kemakmuran. Mereka juga bisa hidup selama 2.000 tahun,” ujar Sunanto Eddy Tamrin, seorang peminat budaya Tionghoa.

“Yang jantan disebut Qí dan betina disebut Lín. Binatang ini merupakan binatang yang sangat ramah dan tidak pernah melukai manusia, bahkan mereka juga tidak pernah merusak rumput dan tanaman,” tambahnya.

Qílín sering dilukiskan dengan bentuk mirip rusa dan ekor mirip sapi. Qílín jantan memiliki tanduk, sedangkan Qílín betina tidak. Mulut Qílín  bisa menyemburkan api, dan memiliki suara keras bagai petir. “Seluruh badannya seperti selalu dibalut dengan kobaran api. Qílín diceritakan hanya muncul pada saat suasana damai dan tenteram, atau dunia kedatangan orang penting,” tuturnya.

“Dalam legenda masyarakat Tionghoa juga diyakini jika Qílín bisa membawakan keturunan bagi manusia, atau menghadiahkan anak kepada manusia. Menurut legenda, ibu Kongzi (Konghucu) sebelum melahirkan pernah ada Qílín yang muncul,” sambungnya.

Acuan paling awal mengenai Qílín adalah pada abad ke-5 sebelum Masehi dalam buku Zuo Zhuan. Dari penelitian waktu ke waktu, bentuk awal Qílín dikenali berasal dari bentuk jerapah. Menurut cerita, ketika Zheng He yang hidup pada masa Dinasti Ming membawa dua ekor jerapah kembali ke Beijing dari perjalanannya ke Afrika Timur (sekarang Kenya).

Pada waktu itu, dalam bahasa Arab, jerapah disebut sebagai Giri, dan Qílín merupakan panggilan Giri dalam bahasa Cina pada waktu itu. Kaisar memproklamirkan jerapah sebagai makhluk gaib, sebagai lambang kebesaran dari kekuasaannya.

“Identifikasi antara Qílín dan jerapah didukung oleh beberapa atribut karena keduanya sama-sama vegetarian dan memiliki sifat tenang. Keduanya juga mampu berjalan di atas rumput tanpa merusaknya, mungkin adalah karena kaki jerapah yang panjang,” papar Sunanto.

Pada zaman Dinasti Míng sekitar tahun 1368-1644, Qílín berbentuk mirip banteng dengan kepala seperti naga dengan sepasang tanduk dan bernyala seperti perhiasan di kepala. Dalam beberapa penyajian, nyala api dari mulut Qílín berisi sutra Budha.

Qílín pada masa Dinasti Qing yang dikuasai oleh orang Manchuria (1644-1912) menjadi binatang yang lebih keramat dan fantastis. Orang Manchuria melukiskan Qílín sebagai suatu makluk dengan kepala dari naga, badan dari rusa, kulit dan badan dengan sisik ikan, kuku dari lembu dan ekor dari singa.

Di Jepang, Qílín disebut Kirin. Dari kesenian Jepang menunjukkan gambaran Qílín lebih mirip rusa dibandingkan di Cina. Perusahaan pembuatan bir Kirin di Jeoang dinamai menurut binatang ini, dan kata Kirin juga telah digunakan dalam bahasa Jepang modern untuk menyebut jerapah.

“Dalam hirarki Tionghoa ada binatang yang berhubungan dengan mitologi, Qílín berada di posisi kedua sebagai makhluk paling kuat di bawah naga, sedangkan di Jepang, Kirin menduduki posisi  puncak,” pungkas Sunanto.(INFO)

Tag
Share