Qanita Syifa Nurandah Juara 1 Pelajar Jadi Walikota, Pukau Dewan Juri Berkat Gagasan Layanan Publik

Poto bersama Walikota Palembang, Kadisdik Kota Palembang dan Juara 1 Qanita Syifa Nurandah, siswi SMP Pusri Palembang kelas 9 Bilingual 2. pemenang lomba "Pelajar Jadi Walikota"--

PALEMBANG, KORANRADAR.ID – Ekspresi kaget bercampur haru tampak jelas di wajah Qanita Syifa Nurandah, siswi SMP Pusri Palembang kelas 9 Bilingual 2. Ia tak menyangka namanya diumumkan sebagai pemenang lomba "Pelajar Jadi Walikota" pada puncak kegiatan yang digelar Senin, 17 November 2025 lalu. “Kaget, senang, di luar ekspektasi. Gak kepikiran bakal juara, karena teman-teman yang lain bagus dan keren-keren,” ujar Qanita saat ditemui di sekolah, Rabu, 19 November 2025.

Lomba "Pelajar Jadi Walikota" merupakan kompetisi inspiratif yang diinisiasi Harian Bisnis Radar Palembang bekerja sama dengan Pemkot Palembang melalui Dinas Pendidikan Kota Palembang. Sekitar 3.000 pelajar dari 100 sekolah negeri dan swasta se-Kota Palembang ambil bagian dengan menulis opini bertajuk “Andai Aku Walikota” di Harian Bisnis Radar Palembang.

Setelah melalui proses seleksi yang ketat, dewan juri akhirnya menetapkan dua pemenang utama yang berperan sebagai Walikota dan Wakil Walikota sehari. Qanita keluar sebagai pemenang berkat opininya yang mengangkat tema pelayanan publik yang transparan dan efisien.

BACA JUGA:Pelajar jadi Walikota Palembang Diluncurkan

BACA JUGA:Seru, Seleksi 20 Finalis Pelajar Jadi Walikota Palembang, Pengumuman Pemenang 17 November 2025

BACA JUGA: Walikota Ratu Dewa Motivasi Pelajar SMP se-Kota Palembang

Dalam tulisannya, Qanita memotret kondisi pelayanan publik di Palembang dari sudut pandang pelajar, dikaitkan dengan pengalaman dan pendapat masyarakat di sekitarnya. Ia kemudian menawarkan gagasan konkret tentang bagaimana seharusnya pelayanan publik ditingkatkan jika dirinya diberi amanah menjadi Walikota. “Qanita tulis tentang pelayanan publik yang ada di Palembang, terus pendapat orang-orang sekitar. Kalau Qanita jadi Walikota, ingin meningkatkan pelayanan publik itu dengan cara apa dan bagaimana,” jelasnya.

Menariknya, proses penulisan opini tersebut dilakukan dalam waktu relatif singkat, hanya sekitar 2–3 jam, bersama teman-teman yang juga mengikuti kompetisi. Meski begitu, kedalaman gagasan dan cara penyajian ide Qanita berhasil memikat dewan juri.

Bagi Qanita, kompetisi ini bukan hanya soal prestasi, tetapi juga pengalaman berharga. Kesempatan merasakan “sehari menjadi Walikota” menjadi momen tak terlupakan, karena ia bisa melihat lebih dekat dinamika pemerintahan dan berinteraksi langsung dengan masyarakat.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMP Pusri Palembang, Adis Sherly, S.Pd., mengapresiasi penuh kegiatan “Pelajar Jadi Walikota” yang dinilainya sejalan dengan upaya sekolah menguatkan budaya literasi. Di SMP Pusri, kemampuan membaca, memahami, dan menulis memang terus diasah melalui berbagai kegiatan.

“Kebetulan ada lomba bulan bahasa, jadi cocok pas Radar Palembang mengadakan lomba Pelajar Jadi Walikota. Bagi saya, dengan mengikuti lomba ini, mereka dapat melatih kemampuan menulis, mengembangkan ide-ide. Walaupun sekarang zamannya AI dan sebagainya, tapi kita harus tahu juga ide anak itu bisa berkembang,” ujarnya.

Lebih jauh, Adis melihat program ini sebagai wadah pengembangan bakat bagi pelajar yang memiliki minat dan kemampuan di bidang menulis. Qanita sendiri, katanya, sudah menunjukkan potensi sejak duduk di kelas VII.

“Qanita dari kelas tujuh sudah sering jadi MC, dia juga aktif di OSIS, di divisi jurnalistik multimedia dan desain grafis juga. Alhamdulillah, kegiatan Radar Palembang ini bisa menjadi wadah bagi Qanita dan pelajar lainnya,” tutupnya.

Lewat kemenangan Qanita, kompetisi "Pelajar Jadi Walikota" kembali membuktikan bahwa gagasan segar dan kritis dari pelajar dapat menjadi inspirasi bagi perbaikan pelayanan publik di Kota Palembang.

 

 

 

 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan