Kura-kura Simbol Panjang Umur

--

JAKARTA, KORANRADAR.ID - BINATANG terakhir dalam empat hewan keramat Tionghoa adalah kura-kura (darat) hitam (Xuán Wu). Secara harfiah, Xuán Wu diartikan sebagai pahlawan hitam. Kadang-kadang binatang ini disebut sebagai pahlawan hitam dari utara, karena utara melambangkan musim dingin.

“Meski namanya dalam bahasa Cina adalah Xuán Wu, tetapi sering diterjemahkan sebagai kura-kura hitam dalam bahasa Inggris, dan pada umumnya dilukiskan sebagai kura-kura darat dan ular. Secara rinci digambarkan dengan ular yang melilit kura-kura darat,” ujar Sunanto Eddy Tamrin, seorang peminat budaya Tionghoa.“Di Jepang, Xuánwu disebut sebagai Genbu, dan telah dilukiskan dalam banyak animasi dan buku Jepang yang lucu-lucu. Sementara, di Korea disebut sebagai Hyeon-Mu,” tuturnya lagi.

Pada zaman Cina kuno, kura-kura darat dan ular dianggap sebagai makhluk rohani yang selalu panjang umur. Sepanjang masa pemerintahan Dinasti Han, orang sering mengenakan anting-anting permata batu giok dalam bentuk kura-kura darat.

“Karena pengaruh Cina terhadap Jepang, lencana dan sebutan kehormatan di Jepang sering terdapat gambar kura-kura darat,” ujar Sunanto.

Sekarang juga muncul legenda kura-kura darat betina yang tidak mampu kawin dengan kura-kura darat jantan, dan hanya bisa dengan ular jantan. Hal ini tentu saja membuat kura-kura darat jantan marah, tetapi kura-kura darat betina mampu menjaga jarak dengan kura-kura darat jantan dengan buang air kecil di sekitarnya.

“Dan sejak itu, pria yang memiliki istri yang suka selingkuh sering disebut sebagai ‘kura-kura darat’,” jelas Sunanto. Lukisan Xuánwu dengan kura-kura dan ular mungkin berasal dari legenda perkawinan kura-kura darat betina dan ular jantan ini. “Tetapi penjelasan ini tetap tidak dapat dipastikan, sebab lukisan dalam bentuk ini muncul lebih awal dibandingkan zaman Dinasti Zhou,” paparnya.

Dalam roman klasik, perjalanan menuju ke barat (Xi You Ji), Xuánwu dikisahkan sebagai raja utara yang mempunyai dua jenderal, yakni Jenderal Kura-Kura Darat dan Jenderal Ular. Raja ini mempunyai sebuah kuil di Pegunungan Wudang di Provinsi Hubei. Selain itu juga ada Gunung Kura-Kura Darat dan Gunung Ular yang terletak pada sisi yang saling berlawanan di sungai Wuhan, ibukota Hubei.

“Dalam legenda Taoisme diceritakan jika Xuánwu adalah seorang pangeran Kaisar Cina yang tidak berminat naik tahta dan memutuskan untuk belajar ajaran Tao,” papar Sunanto.“Pada usia 15 tahun, ia meninggalkan orang tuanya untuk mencari kebenaran dengan cara Tao. Dan dikisahkan jika ia mencapai status dewa dengan cepat dan dipuja sebagai dewa dari langit utara,” tambahnya.

Legenda Tionghoa lainnya juga menceritakan tentang asal mula dari  Jenderal Kura-Kura Darat dan Jenderal Ular. Selama Xuánwu sedang melatih diri untuk mencapai kebenaran dan status sebagai dewa, ia harus membersihkan semua kemanusiaan dari dirinya. Sejak ia dilahirkan, ia memakan makanan dari dunia, karena itu isi perutnya masih manusia.

Legenda menceritakan ada seorang dewa yang datang dan mengubah isi perutnya dengan mengisi suatu badan yang saleh ke dalam perutnya sehingga ia bisa mencapai status dewa secara penuh. “Legenda juga mengatakan bahwa isi perut yang dikeluarkan menjadi Gunung Kura-Kura Darat dan Gunung Ular,” katanya.

Isi perut yang dikeluarkan oleh dewa dari Xuánwu dikatakan berubah bentuk menjadi Kura-Kura Darat dan Ular. Seperti kebanyakan legenda Tionghoa yang menceritakan mengenai binatang tertentu yang menjadi setan dari waktu ke waktu setelah mereka memperoleh ilmu, sama halnya dengan ular dan kura-kura darat. Setelah mendapatkan ilmu, mereka mulai meneror manusia. Xuánwu yang telah mendapat status dewa, mendengar tentang hal ini dan ia datang menghukum mereka. Tetapi ia tidak membunuh mereka, karena kura-kura darat dan ular menunjukkan penyesalan. Ia membiarkan mereka belajar di bawah bimbingannya dan menebus serta membayar dosa yang mereka perbuat, kemudian menjadi Jenderal Kura-Kura Darat dan Jenderal Ular sekaligus menjadi pembantu Xuánwu. (era)

Tag
Share