Waduh, Kopi Pagaralam di Ekspor Lewat Provinsi Lain Bukan Sumsel

Kepala Karantina Sumsel Sri Endah saat meninjau kopi pagaralam beberapa waktu lalu--
PALEMBANG, KORANRADAR.ID – Upaya mendukung mengembalikan kejayaan kopi berkualitas asal Pagar Alam, Sumatera Selatan (Sumsel) di pasar global, Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Karantina) Sumsel Badan Karantina Indonesia (Barantin) menyosialisasikan pentingnya ketertelusuran atau 'traceability' komoditas ekspor. Pencatatan asal produk secara rinci, mulai dari proses di kebun hingga pengiriman menuju pelabuhan.
Hal demikian terungkap saat kunjungan bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumsel dan Pemerintah Kota Pagar Alam ke sentra kebun kopi di Desa Candi, Kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagar Alam, Sumsel.
“Kopi Pagar Alam sejatinya telah menembus pasar ekspor, salah satunya ke Australia selama tiga tahun terakhir. Namun sayangnya, sebagian besar volume ekspor tersebut masih banyak tercatat melalui provinsi lain.
BACA JUGA:Wujudkan Kopi Sumsel Standar Ekspor, Karantina Palembang dan Instansi Strategis Tinjau Pabrik Kopi
Kini saatnya kita memastikan bahwa kopi Pagar Alam tercatat sebagai komoditas asli dari Sumatera Selatan, bukan sekadar transit melalui daerah lain,” jelas Kepala Karantina Sumsel Sri Endah dalam siaran persnya di Palembang, Kemarin.
Lebih lanjut, Sri Endah menegaskan bahwa sistem ketertelusuran bukan sekadar formalitas administratif, melainkan kunci penting dalam melindungi mutu, menjamin keaslian secara geografis, dan mengoptimalkan nilai ekonomi daerah.
“Karantina Sumsel dapat menyertifikasi komoditas meski pengeluarannya melalui daerah lain. Tetapi kami berharap ekspor kopi Pagar Alam dapat langsung dari Sumsel. Tentunya ini perlu sinergi bersama seluruh pemangku kepentingan. Dengan data ekspor yang valid berasal dari Sumsel, dapat memberikan kontribusi nyata terhadap pendapatan daerah,” tambahnya.
Keinginan untuk mengembalikan kejayaan kopi Sumsel kian menguat. Dua pelaku usaha muda asal Sumsel, Muhammad Rafi dan Novita Anggi menyuarakan pentingnya membuka jalur ekspor langsung tanpa harus melalui provinsi lain.
BACA JUGA:Sinergi Dorong Ekspor Kopi ke Mancanegara
Selama ini, kopi asal Sumsel diekspor melalui Pelabuhan Panjang, Lampung. Hal ini disebabkan perusahaan-perusahaan besar lebih dulu membangun pabrik pengolahan dan jalur logistik di sana, sehingga komoditas unggulan Sumsel justru diekspor melalui daerah lain.
“Kopi Sumsel itu kualitas unggulan, tapi ironisnya, nama besarnya justru dibawa keluar daerah. Kami ingin nilai tambahnya tetap di sini, dinikmati petani dan pelaku usaha lokal,” ujar Rafi.
Hal senada disampaikan Novita yang menilai ekspor langsung dari Sumsel bukan hanya mungkin, tetapi juga perlu didorong secara serius dengan dukungan lintas sektor. “Ini soal keberpihakan. Jika ada pabrik pengolahan besar di Sumsel, maka petani kita bisa lebih sejahtera dan ekosistem industri kopi kita akan tumbuh lebih sehat,” harapnya.
Dalam audiensi sehari sebelumnya, Walikota Pagaralam, Ludi Oliansyah, menyampaikan bahwa kopi bukan sekadar komoditas, melainkan bagian dari identitas dan kebanggaan masyarakat Pagar Alam. “Ini tentang identitas kita. Ketika kopi dari Pagar Alam diakui sebagai milik Sumsel, maka petani kita akan lebih dihargai dan meningkatkan perekonomian daerah,” ujar Ludi.
BACA JUGA:Panen Raya Kopi, Siapkan Program Peremajaan dan Irigasi Modern
Sri Endah juga menekankan pentingnya peran perusahaan-perusahaan besar yang selama ini membeli kopi dari Pagar Alam untuk lebih aktif berkontribusi terhadap penguatan ekosistem industri kopi di daerah. “Ke depan, perlu adanya investasi langsung seperti fasilitas pengolahan atau kemitraan strategis di Sumsel ini. Dengan begitu, nilai tambah dari hulu hingga hilir tetap berada di Sumsel,” ungkapnya.
Dorongan ekspor langsung ini diharapkan bisa menjadi pemicu lahirnya investasi strategis di Sumsel, seperti pembangunan pelabuhan yang lebih besar dari Pelabuhan yang sudah ada saat ini, pembangunan pengumpul, pusat pengolahan kopi, dan sistem logistik yang efisien.
Berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, Kota Pagar Alam memproduksi sekitar 18,21 ribu ton kopi pada tahun 2023. Dengan jumlah produksi sebesar tersebut, terbuka peluang besar untuk memperluas pasar ekspor. Capaian pengiriman sebelumnya ke Australia sebanyak 19,8 ton dan Malaysia sebanyak 58,2 ton pada tahun 2025 ini.
Melalui kolaborasi ini, Karantina Sumsel berharap kopi Pagar Alam tak hanya dikenal karena kualitas dan cita rasa, tetapi juga karena sistem ekspor yang transparan, tertelusur, dan memberi manfaat langsung bagi tanah asalnya, yakni Sumatera Selatan. (zar)