Ekonomi dan Perdagangan Nasional, Diversifikasi Pasar, dan UKM Menjadi Proritas Utama Kemendag

Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Putri.--
JAKARTA, KORANRADAR.ID - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Putri mengatakan perlindungan ekonomi dan perdagangan nasional, diversifikasi pasar internasional, dan mengenalkan usaha kecil dan menengah (UKM) ke pasar internasional menjadi prioritas bagi Kementerian Perdagangan.
“Masyarakat harus mengetahui bahwa kami memiliki beberapa prioritas,” ucap Dyah dalam “Public Forum: Regional Response to Trump 2.0” yang digelar oleh CSIS Indonesia, dipantau dari Jakarta. Kamis, 10 April 2025.
Dalam kesempatan tersebut, Dyah secara fokus membahas pentingnya peran UKM dalam perekonomian nasional Indonesia. UKM, tutur dia, berkontribusi sekitar 60 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Dyah menyampaikan bahwa sektor UKM yang menyebabkan perekonomian Indonesia bisa berkembang dengan pesat.
“Kontribusi sebesar 60 persen kepada PDB adalah angka yang besar,” ucapnya.
Oleh karena itu, pemerintah menilai penting bagi UKM untuk diperkenalkan ke pasar internasional, sehingga mereka mendapatkan akses pasar yang lebih luas. Atas alasan tersebut pula, Dyah menyampaikan Indonesia dengan gencar melakukan diversifikasi pasar.
Saat ini, Indonesia secara agresif melakukan diversifikasi pasar atau memperluas jangkauan ekspornya ke Kanada, Uni Eropa, Iran, Jepang, dan Peru. “Kami ingin memastikan bahwa kami bisa mengenalkan UKM (ke pasar internasional), membuat UKM lebih diakui,” kata Dyah.
Agresivitas tersebut ditandai oleh finalisasi kesepakatan perdagangan bebas oleh Indonesia, yakni Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA); Indonesia-Peru CEPA; Indonesia-EU CEPA; Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA); dan Indonesia-Iran Preferential Trade Agreement (II-PTA).
Dyah menjelaskan bahwa perluasan pasar tersebut telah lama menjadi strategi Indonesia, bahkan sebelum Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif resiprokal kepada sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Diversifikasi pasar tersebut, tutur Dyah, merupakan strategi Indonesia untuk memperluas akses pasar, meningkatkan ketahanan perdagangan, dan menjadi stimulasi untuk penciptaan lapangan kerja.
“Jadi, bukan merespons tarif dari AS, melainkan sudah direncanakan jauh sebelum isu itu bergulir,” kata Dyah. (ant)