Perayaan Tian Chuan, Dewi Nuwa, Menambal Langit

Sabtu 16 Nov 2024 - 22:56 WIB
Reporter : asifardiansyah
Editor : asifardiansyah

JAKARTA, KORANRADAR.ID - TIAN Chuan Jie (天穿节), atau Tian Chuan Ri (天穿日), atau Thian-chon (dialek Hakka), adalah suatu perayaan yang dilakukan setiap tanggal 20 bulan 1 Imlek. Festival Tianchuan adalah untuk memperingati Dewi Nuwa (女娲) memperbaiki langit dan menyelamatkan umat manusia.

Kata Tian Chuan terdiri atas 2 kata, yakni “Tian” (天) yang artinya “Langit”, dan “Chuan” (穿) yang artinya “bolong, tembus, atau bocor”.

Ungkapan ini menyiratkan makna Langit, dimana pada perayaan yang jatuh pada tanggal 20 bulan yang pertama Imlek akan turun hujan, dan dalam kenyataannya memang sering begitu.

Karena orang Tiongkok sejak dahulu telah menyebar ke berbagai penjuru dunia, beda daerah, beda hari dan variasinya. Ada yang dilaksanakan tanggal 7, 9, 10, 19, 20, 21, 23, atau 25, tergantung komunitas masing-masing. Namun setelah masa Dinasti Song, hampir selalu dilaksanakan pada tanggal 20.

Perayaan Tian Chuan sama sekali bukan merupakan rangkaian dari Tahun Baru Imlek (春节). Perayaan ini memiliki arti tersendiri. Di Taiwan, perayaan Tian Chuan Ri ditetapkan sebagai Hari Hakka Nasional (全國客家日). Berikut penjelasannya seperti dikutip dari tionghoa.info.

 

A. Makna dan Legenda Perayaan Tian Chuan

Menurut legenda, perayaan ini adalah untuk mengenang hari dimana Dewi Nu Wa (女娲) menambal langit yang bocor untuk menyelamatkan umat manusia.

Festival Tianchuan adalah untuk memperingati Dewi Nuwa memperbaiki langit dan menyelamatkan umat manusia (tanggal 20 bulan lunar pertama).

Menurut catatan, legenda ini tercantum dalam kitab Huai Nan Zi (淮南子) bab Lan Ming Xun (览冥训), diceritakan bahwa pada hari tersebut (tanggal 20 bulan 1) Dewi Nuwa dari Gunung Kunlun (昆仑山) menciptakan batu 5 Warna (五色石; wu se shi), untuk menambal langit yang bocor karena hujan yang turun tanpa henti.

Setelah ditambal Nuwa, hujan lebat akhirnya berhenti, dan umat manusia selamat dari banjir besar.

Masyarakat bangsa Tiongkok jaman dahulu umumnya adalah petani, yang senantiasa bergantung kepada alam, sehingga perayaan ini kemudian menjadi simbol pengharapan agar hasil pertanian semakin baik, dan mereka diberkati kesehatan, kesejahteraan, serta alam semesta senantiasa tetap harmonis.

Catatan mengenai perayaan Tianchuan semakin sedikit sejak jaman Dinasti Song (960-1279). Namun sejak Dinasti Ming (1368-1644) dan Qing (1636-1912). Di daerah Shanxi, Shaanxi, Henan, dan di wilayah2 utara lainnya, ditemukan catatan2 mengenai perayaan ini yang telah banyak dilakukan pada masa lalu.

Catatan paling awal dari Festival Tianchuan berasal dari kitab Shi Yi Ji (拾遗记) yang ditulis oleh Wang Jia (王嘉; ~390 M) dari Dinasti Jin Timur, yang mengatakan “Jiangdong umumnya dikenal sebagai hari ke-20 dari bulan lunar pertama sebagai hari menambal langit, dan kue dadar yang diikat dengan benang merah ditempatkan di rumah, sebagai simbol memperbaiki langit.

Menurut legenda, keluarga Nuwa menggunakan matahari untuk menambal langit. Festival Tianchuan juga tercatat di buku Yuanjian Leihan (渊鉴类函) bab 13, yang tercatat kata Bu tian chuan (补天穿), yang berarti “memperbaiki kebocoran langit”.

Kategori :

Terkait

Senin 18 Nov 2024 - 22:41 WIB

Legenda Dewi Nuwa Memperbaiki Langit

Minggu 17 Nov 2024 - 22:29 WIB

Legenda Dewi Nuwa Memperbaiki Langit