Michael Saylor: Proof-of-Reserves Justru Bisa Ancam Keamanan Institusi Kripto

Minggu 08 Jun 2025 - 05:00 WIB
Reporter : Asif Ardiansyah
Editor : Asif Ardiansyah

KORANRADAR.ID  - Michael Saylor, Chairman dari perusahaan teknologi Strategy (sebelumnya dikenal sebagai MicroStrategy), menyampaikan kritik tajam terhadap tren transparansi onchain yang belakangan ini banyak diadopsi oleh institusi kripto, yakni proof-of-reserves (PoR). Menurutnya, langkah tersebut tidak hanya keliru, tetapi juga berpotensi menimbulkan risiko serius terhadap keamanan.

“Metode konvensional dalam menerbitkan proof-of-reserves adalah metode yang tidak aman. Ini justru merusak keamanan penerbit, kustodian, exchange, dan juga para investornya. Ini bukan ide bagus, ini ide buruk,” tegas Saylor dalam sebuah diskusi di konferensi Bitcoin 2025 pada Senin (26/5/2025).

Proof-of-Reserves Bisa Jadi Bumerang

Proof-of-reserves selama ini digunakan oleh exchange kripto sebagai mekanisme untuk membuktikan bahwa mereka menyimpan cadangan aset yang setara dengan total dana pelanggan mereka. Tak hanya itu, sejumlah pengelola dana seperti Exchange-Traded Fund (ETF) berbasis kripto juga mengadopsi metode ini untuk membangun kepercayaan investor atas transparansi pengelolaan aset.

BACA JUGA:4 Coin Crypto, yang Layak Dipantau, Menurut Analis

Tren ini melonjak setelah keruntuhan exchange FTX pada akhir 2022, yang mengguncang kepercayaan publik terhadap entitas terpusat dalam industri kripto. Beberapa exchange global besar lainnya seperti Binance, Kraken, OKX, dan manajer aset Bitwise termasuk yang paling vokal dalam mempraktikkan proof-of-reserves untuk membangun kembali kredibilitas.

Namun, menurut Saylor, publikasi seperti ini bisa menjadi bumerang jika tidak disertai pendekatan keamanan kelas institusi.“Tidak ada analis keamanan institusi yang akan menyarankan untuk mempublikasikan seluruh alamat wallet. Hal itu justru memungkinkan entitas tersebut untuk dilacak bolak-balik,” jelasnya.

BACA JUGA: Borong 4.020 Bitcoin Senilai Rp7 Triliun

Ia bahkan menyarankan agar pelaku industri menggunakan kecerdasan buatan untuk menganalisis potensi risikonya, terutama soal risiko keamanan dari mempublikasikan alamat wallet perusahaan.“Hasilnya bisa mencapai 50 halaman penuh daftar masalah keamanan,” ujar Saylor dengan nada sarkastik.

Lebih lanjut, Saylor menegaskan bahwa proof-of-reserves hanya menunjukkan satu sisi dari kondisi keuangan perusahaan, yakni apa yang dimiliki. Namun metode ini tidak mencerminkan sisi liabilitas atau kewajiban yang harus dipenuhi. Artinya, meskipun suatu institusi terlihat memegang banyak aset kripto, belum tentu mereka mampu memenuhi seluruh tanggung jawab finansial kepada nasabahnya.

BACA JUGA:Altcoin Bisa Meledak Lagi? Sinyal Ini Diam-Diam Menguat

Saat ini, Strategy tercatat sebagai pemegang Bitcoin korporasi terbesar di dunia, dengan jumlah mencapai 580.250 BTC senilai lebih dari US$62,6 juta, menurut data dari BitcoinTreasuries. Di peringkat berikutnya ada perusahaan mining kripto MARA Holdings dengan 48.137 BTC, dan oerusahaan investasi Bitcoin Twenty One Capital dengan kepemilikan 31.500 BTC. Adapun secara global, sekitar 210 perusahaan publik telah mengadopsi Bitcoin sebagai bagian dari strategi keuangan mereka.

 

Kategori :