JAKARTA, KORANRADAR.ID - Mengawali tahun 2025, perusahaan pengolahan migas & petrokimia yang beroperasi di Kecamatan Plaju, Kota Palembang ini mendapat penghargaan dalam ajang Indonesia Green Awards (IGA) 2025, yang diselenggarakan La Tofi School of Social Responsibility.
Komitmen penyelamatan sumber daya air berbasis pemberdayaan masyarakat yang dijalankan Kilang Pertamina Plaju kian diakui sebagai langkah inisiatif yang mendukung agenda keberlanjutan bisnis. Melalui program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) Musiparian & ERCC (Eceng Gondok Research & Creative Center), Kilang Pertamina Plaju memberdayakan pemuda setempat untuk mengolah eceng gondok menjadi produk bernilai ekonomi.
Pemuda Kecamatan Plaju yang tergabung dalam Anak-Anak Kreatif Untuk Bangsa (Ankubas), terus berinovasi memproduksi berbagai barang berguna (utilities) seperti bantal, pengharum ruangan, hingga penyerap minyak (oil absorbent).
Atas inisiatif tersebut, Kilang Pertamina Plaju meraih penghargaan IGA dalam kategori penyelamatan sumber daya air. Penghargaan diserahkan oleh La Tofi kepada Pertamina di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta. Rabu, 15 Januari 2025.
Aktivitas bisnis Kilang Pertamina Plaju tak bisa lepas dari sungai. Kilang yang menyuplai 60% kebutuhan energi di Sumbagsel ini beroperasi di tepi Sungai Musi dan Sungai Komering. Crude (minyak mentah) dan produk pun sebagian besar disalurkan dengan armada kapal yang melintasi Sungai Musi.
Populasi eceng gondok yang sangat banyak dapat menjadi risiko dan mengganggu lalu lintas transportasi kapal. Masalah ini tidak hanya meningkatkan biaya operasional, tetapi juga berpotensi menurunkan efisiensi bisnis secara keseluruhan.
Oleh karena itu, melalui program Musiparian & ERCC, diharapkan solusi kolaboratif dapat diimplementasikan untuk mengembalikan keseimbangan ekosistem perairan sekaligus menjaga keberlanjutan ekonomi dan sosial di sekitar sungai.
Pada aspek lingkungan, program ini menargetkan pengurangan tutupan eceng gondok di permukaan perairan sebesar 70% hingga akhir 2026 dengan fokus pada pemanenan dan pengolahan eceng gondok menjadi produk bernilai tambah.
Dari sisi sosial, program ini bertujuan meningkatkan kapasitas produksi kelompok Ankubas dari skala uji coba pada tahun 2022 menjadi bisnis komersial pada 2026. Keberhasilan program ini juga didukung oleh pendekatan terintegrasi, termasuk survei wilayah terdampak, pelatihan teknis, dan penguatan pemasaran serta kemitraan strategis.
Reksotriono, Ketua Kelompok Ankubas, mengaku setiap harinya remaja-remaja setempat yang tergabung dalam Ankubas, biasa pergi ke sungai untuk mengumpulkan 20 Kg eceng gondok perhari. “Mereka pergi ke Sungai membawa karung dan balik berisi eceng gondok,” kata dia. Adapun eceng gondok yang telah dicacah kemudian dibungkus dengan bahan Polietilena Tereftalat, salah satu jenis serat benang yang terbuat dari bahan polyester.
Adapun lapisan luar bantal juga dijahit oleh remaja-remaja putri di Kelompok Ankubas. “Penjahitnya juga remaja-remaja putri disini, dengan mesin jahit dan mesin obras yang difasilitasi Pertamina, jadi memberdayakan masyarakat juga,” tuturnya.
Produk lain yang diolah dari eceng gondok oleh Kelompok Ankubas ialah pewangi ruangan, yang telah dikomersilkan dengan brand Ankubas Scents. Ada juga inovasi Oil Absorbent yang diproyeksikan menjadi alternatif dalam mengatasi risiko tumpahan minyak (oil spill) di industri.
Sementara itu, Area Manager Communication, Relations & CSR RU III PT Kilang Pertamina Internasional, Siti Rachmi Indahsari mengatakan, program TJSL Musiparian & ERCC diharapkan menjadi langkah inisiatif perusahaan dalam menyelamatkan sumber daya air berbasis pemberdayaan masyarakat, yang mendukung keberlanjutan lingkungan, sekaligus berkelanjutan prosesnya.
“Kami berharap, inisiatif ini dapat berkontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs), dan pada saat yang sama, juga memberi nilai tambah ekonomi bagi masyarakat,” kata Rachmi.
Program ini setidaknya mendukung SDGs keenam berkaitan dengan perlindungan dan restorasi ekosistem sumber daya air, dalam hal ini sungai musi agar bebas dari gulma. (mun)