Puncak Sembahyang Rebutan Yakni dengan Dibakarnya Tai Soe atau Simbol Raja Setan

Hasyim Ketua Kelenteng Wie Ceng Keng pengurus kelenteng Wie Cheng Keng saat diwawacarai--

 
PALEMBANG, KORANRADAR.ID  Sebagai bentuk bakti seorang anak terhadap orangtua dan leluhurnya di bulan ketujuh tahun lunar, Umat  Buddha yang ada di Kelenteng  Wie Cheng Keng   yang terletak di jalan Tembok Baru 14 Ulu Palembang  menggelar sembahyang rebutan atau   Ulambana 
 
Ritual yang digelar setiap tahun ini digelar  Kamis (29/8/2024) atau tanggal 14 bulan 7 penanggalan lunar. Hadir juga dalam kegiatan tersebut  ketua Walubi Sumsel Tjik Harun, SE SH MH, Sekretaris PTITD Komda Sumsel Hengky Saputra, Syahroni ketua Kelenteng Marga Theng Palembabg, Hasyim ketua Kelenteng Wie Cheng Keng dan pengurus kelenteng.
 
Hasyim Ketua Kelenteng Wie Ceng Keng  mengatakan, ritual   ulambana ini dimulai dari pagi hingga pukul 17.00 wib. “Puncak acara yakni dibakarnya symbol raja setan,”katanya.
Hasyim mengatakan,  dalam berdoa selain mendoakan leluhur juga meendoakan agar umat ditahun 2024 kehidupannya bisa lebih baik lagi, selalu diberi kesehatan dan kebahagian. “Iya doa terbaiklah untuk umat,”ujarnya.
 
Hasyim menceritakan tentang sejarahnya peringatan hari ulambana atau sembahyang leluhur sendiri dilakukan oleh seorang murid Buddha Gautama yang pada waktu itu bertemu dengan ibunya di alam rendah dan bermaksud menolongnya. Namun semua upaya sudah dilakukan untuk membantu ke alam manusia, tapi semuanya kurang membuahkan hasil. Sampai akhirnya, sang murid menemui gurunya tersebut yang ini tidak lain Buddha Gautama.
 
"Dari kisah ini, menjadi bukti bahwasanya bakti seorang anak saja tidak akan mampu untuk membantu orangtuanya tadi. Namun dengan berbakti pada sangha dengan cara berderma juga akan dapat membantu bagi orangtua, leluhur dan kerabat yang sudah meninggal ini diangkat ke alam manusia. Ini terus dilakukan umat hingga sekarang,"ujarnya, (sep)
 
 

Tag
Share