April 2024, Inflasi Sumsel Tetap Terkendali

Kantor Bank Indonesia perwakilan Sumatera Selatan.--

PALEMBANG, KORANRADAR.ID - Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) pada bulan April 2024 mengalami inflasi sebesar 0,43% (mtm), meningkat dibandingkan bulan Maret 2024 yang mengalami inflasi sebesar 0,25% (mtm).  

"Secara tahunan, realisasi inflasi Sumsel tahunan tercatat menurun menjadi sebesar 3,12% (yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 3,24% (yoy),"kata  Deputi Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumsel Duddy Adiayatna.

Perkembangan tersebut juga sejalan dengan inflasi nasional yang menurun menjadi sebesar 3,00% (yoy), dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,05% (yoy).  5 (lima) komoditas utama penyumbang inflasi pada bulan ini adalah bawang merah; emas perhiasan; tarif angkutan udara; bawang putih; dan tarif angkutan antar kota dengan andil pada masing-masing komoditas adalah sebesar 0,24%, 0,16%, 0,06%, 0,05%, dan 0,04% secara berturut-turut (BPS, 2024). 

 "Peningkatan harga bawang merah disebabkan oleh banjir di daerah sentra yang menekan pasokan dan distribusi bawang merah. Adapun kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan pola musiman pada periode HBKN Idul Fitri, utamanya pasca pencairan THR serta melemahnya nilai tukar Rupiah," jelas dia. Di sisi lain, tarif angkutan udara dan antar kota meningkat sejalan dengan tingginya mobilitas masyarakat pada momen mudik lebaran Idul Fitri 1445 H.   

Selanjutnya, kenaikan harga bawang putih disebabkan oleh harga bawang putih impor yang meningkat di tengah realisasi impor secara nasional yang relatif lambat dan distribusi ke Sumatera yang terbatas.  "Inflasi Sumatera Selatan yang terkendali tidak terlepas dari upaya Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumsel dalam mengendalikan inflasi,"ungkap dia.  Pada April 2024, Pemerintah Sumatera Selatan terus melanjutkan komitmennya dalam pengendalian inflasi khususnya pada komoditas pangan bergejolak (volatile food). 

Melalui strategi 4K; yaitu Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif; Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan bersinergi dengan berbagai pihak melakukan berbagai upaya pengendalian inflasi yang masif.  Di sisi ketersediaan pasokan, telah dilakukan pemantauan stok di lumbung pangan, sidak distributor beras,  serta sidak stok bahan kebutuhan pokok dan barang penting di masing-masing Kabupaten/Kota dalam rangka menghadapi HBKN Idul Fitri 1445 H.   

Kemudian, untuk memastikan keterjangkauan harga, dilaksanakan operasi pasar/pasar murah di beberapa wilayah kab/kota di Sumatera Selatan serta pemantauan harga dan stok pangan.  Kelancaran distribusi komoditas dilakukan dengan mensinergikan dan mengkoordinasikan berbagai instansi terkait subsidi harga, subsidi angkutan maupun subsidi operasional lain dalam rangka pelaksanaan operasi pasar murah serentak se-Sumsel serta penyaluran beras SPHP berkoordinasi dengan Bulog.  

 Pengendalian inflasi Sumatera Selatan juga dilakukan dengan memastikan komunikasi yang efektif melalui publikasi kegiatan pengendalian inflasi, himbauan belanja bijak dan Gerakan Selamatkan Pangan dengan Stop Boros Pangan kepada masyarakat, serta rapat koordinasi TPID dan instansi terkait yang dilakukan secara rutin termasuk kegiatan capacity building dan high level meeting bagi sekretariat TPID se-Sumsel.  Sebagai langkah lanjutan untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan, 

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI Rate menjadi sebesar 6,25%.   Kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dari dampak memburuknya risiko global serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025 sejalan dengan stance kebijakan moneter yang pro-stability.  

Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga. Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi IHK 2024 tetap terkendali dalam sasarannya. Inflasi Volatile Food (VF) diprakirakan kembali menurun seiring peningkatan produksi akibat masuknya musim panen dan dukungan sinergi pengendalian inflasi TPIP dan TPID melalui GNPIP di berbagai daerah, sehingga mendukung upaya menjaga stabilitas harga secara keseluruhan. (dav)

Tag
Share