Tiga Kiat Sukses Dunia Pendidikan Johannes Agus Taruna
Keberhasilan Johannes Agus Taruna menghadapi ujian pertama sebagai guru privat menjadi pintu kesuksesannya--
Guru di sekolah pun memvonis dia bakal tidak naik. Orangtuanya menceritakan sejak lulus SD, kemauan belajar dan prestasi di sekolah terus turun, mereka menjadi malu jika harus bertemu sanak keluarga dan teman-temannya yang sukses dan berhasil.
Bukan menolak, Johannes menganggap ini tantangan yang luar biasa. Namun pikirannya berkecamuk. Kalau ternyata nanti anak didiknya tak lulus, akan menjadi catatan buruk.
BACA JUGA:Hanya Dua Minggu, Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Sumsel Boleh Daftar di PAN Sumsel
Apalagi ini siswa pertamanya. Johannes pun mengambil peluang itu. Bila berhasil akan berdampak luar biasa.
Dengan kesepakatan dibayar Rp 25 ribu untuk satu kali pertemuan, Johannes memulai kerjanya. Dalam seminggu ia mengajar tiga kali.
Langkah pertama yang Johannes lakukan adalah berdialog dengan anak didiknya. Ia mengorek informasi mengapa sampai merosot.
Sebab, dulunya anak itu pintar dan selalu menjadi juara kelas. Setelah itu, Johannes pun berkomunikasi dengan orangtua si anak. Ternyata penyebabnya si anak protes dengan kesibukan kedua orangtuanya.
Pola komunikasi yang dilakukan Johannes mendapat respons positif. Kedua orangtua anak didiknya berjanji akan meluangkan waktu lebih banyak lagi.
Dampaknya sangat positif, anak ini kemudian punya semangat belajar yang kuat, dan termotivasi untuk membuktikan kepada semua orang bahwa dia bisa dan mampu bangkit.
Dan Johannes pun mulai memainkan peran sebagai guru sekaligus kakak, bagi anak itu. Hasilnya luar biasa, anak yang dulu raportnya semua kebakaran, dalam waktu satu semester (enam bulan), berhasil menjadi juara tiga.
Kedua orangtuanya senang dan bangga, dulu mereka malu, kini bisa menceritakan keberhasilan si anak kepada sanak saudara dan teman-temannya.
Pengalaman inilah yang kelak menjadikan Johannes memahami bahwasannya untuk sukses bukan hanya peran dan ketekukan anak belajar, dukungan, dialog, dan komunikasi dengan kedua orangtua sangat penting.
Kemudian karier Johannes pun menanjak. Ia menjadi bahan cerita. Sukses membawa seorang anak menjadi bangkit dan menjadi juara.
Order pun semakin banyak. Dari sini pula Johannes menjadi pebisnis. Ia mengkoordinir beberapa teman kuliahnya untuk membuat biro privat.
Omzetnya terbilang luar biasa untuk ukuran mahasiswa. Per bulan bisa mengumpulkan Rp 25 juta hingga Rp 30 juta. (*)