Sekda: Perempuan Harus Miliki Pendidikan dan Keterampilan
KETERAMPILAN: DPPPA Provinsi Sumsel menyelenggarakan seminar bertema “Perempuan Berdaya, Bebas dari Kekerasan, Menuju Indonesia Emas 2045” yang dibuka Sekda Sumsel H Edward Candra, di Graha Bina Praja.--
SUMSEL, KORANRADAR.ID - Memperingati Hari Ibu tahun 2025, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Provinsi Sumsel menyelenggarakan seminar bertema “Perempuan Berdaya, Bebas dari Kekerasan, Menuju Indonesia Emas 2045”. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Sumsel H Edward Candra, di Graha Bina Praja, Kamis 4 Desember 2025.
Dalam arahannya, Sekda Edward Candra menyoroti tingginya angka kekerasan, termasuk kasus yang menimpa laki-laki. Ia menekankan bahwa meskipun kesetaraan gender secara hak sudah tidak ada perbedaan, isu ini sering dipandang sebelah mata, sehingga penting untuk segera disikapi guna menekan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Edward Candra menyebutkan dua faktor utama yang memicu kekerasan: ekonomi dan pendidikan. "Pendidikan dan keterampilan adalah hal yang penting dalam mengurangi angka kekerasan, karena perempuan yang berbekal pendidikan memiliki bekal dan kemandirian," ungkapnya.
Ia juga menambahkan pentingnya peran aktif masyarakat dalam menangkal dan memfilter konten di media sosial yang berpotensi memicu kekerasan.
Sementara itu Kepala DPPPA Provinsi Sumsel M Zaki Aslan, memaparkan data yang mengkhawatirkan. Dalam empat tahun terakhir, kasus kekerasan fluktuatif namun tetap tinggi, 471 kasus (2022), 688 kasus (2023), 545 kasus (2024), dan 591 kasus (2025).
"Jumlah dari kasus ini, yang tertinggi adalah kekerasan seksual dalam rumah tangga, baik yang masih duduk di bangku SMA bahkan SD," tegas Zaki.
Ia menambahkan, kekerasan seringkali dilakukan oleh orang di lingkungan terdekat, seperti pacar dan anggota keluarga. Zaki juga menyoroti bahwa banyak kasus tidak terlaporkan, membuat isu ini tetap menjadi ancaman serius.
Zaki Aslan menegaskan bahwa seminar ini merupakan upaya meningkatkan kesadaran generasi muda tentang tanggung jawab terhadap kekerasan. Peserta diajak untuk menjadi Agen of Change dan agen advokasi yang siap menciptakan lingkungan aman, inklusif, dan responsif gender, serta membantu korban untuk segera melapor. (swa)